Sabtu, 26 Juni 2010

Manusia Bersembunyi di Bawah Lidah

“Dari Abi Hurairah R.A.. bahwa Rasul SAW bersabda,,:,”Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir,, Hendaklah ia berkata baik atau diam…….. ……..
(al-hadits : H.R.”Bukhari danMuslim) dalam kitab Matan Arb’iin An-Nawawiyah hadits ke-10:12.

……”Harga penampilan itu terletak pada pakaian yang dikenakan… dan sedangkan harga diri seseorang itu terletak pada lidahnya…(kata ahli hikmah)”

Nilai manusia itu dapat diketahui dari pembicaraannya, Karena pembicaraan setiap orang menunjukkan pikiran dan tabiatnya,dan dengan itu perasaan dan tempramennya dapat diketahui dengan sangat mudah. Oleh karena itu,maka selama kita berdiam diri,kekurangan maupun kelebihan kita akan tersembunyi,tetapi ketika kita berbicara maka jiwa kita yang sesungguhnya akan terwujud dengan sendirinya. Apabila kita ndak berbicara,maka orang lain ndak kan mengetahui nilai dan harga kita.hehhe….!!

Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa :”Manusia tersembunyi dibawah lidahnya.”

Ya,,,,, !! manusia tersembunyi di bawah lidahnya.Artinya apa??,,, bahwa jiwa manusia itu bisa dilihat,dibaca, dan dinilai dari lisannya. Karena pribahasa kuno / “kata-kata hikmah” ndak kan pernah lahir mana kala tidak mencerminkan kenyataannya,,, seperti… “Tong Kosong Berbunyi nNyaring” Orang yang banyak berbicara, biasanya hanya mengungkapkan banyak omong kosong belaka,, alias banyak basa basinya, hehhe.. tau kata-kata hikmah “kuno” lainnya,,, “Diam itu lebih baik daripada emas”_ ini pun merupakan kata-kata hikmah yang menggambarkan seseorang yang hidup dengan memiliki kearifan-kearifan diri. Orang yang demikian ini tahu dan sadar kapan ia harus berbicara dan kapan ia harus diam.. Mereka-mereka ini tau apa yang mesti dibicarakan dan apa yang mesti di diamkan.Lidah tidak di biarkan mengucapakan kata-kata yang tidak berarti,kurang berarti,jorok,jabul, dan segala omong kosong lainnya,, Lidah di sucikan dari keburukan-keburukan ucapan, ini bukan berarti mereka tidak bisa berkata omong kosong,jorok-jorok, atau cabul-cabul,,, Mereka bisa melakukan itu,,,.

Tetapi untuk apa?? Untuk apa mengeluarkan kata-kata yang tidak bermakna?? Untuk apa menghamburakan kata-kata yang justru hanya akan mencerminkan keadaan jiwa yang buruk,mesum dan jahil serta ntah apalagi sebutannya!!!!!!!..

Tetapi lihatlah,,, dengarlah,, dan renungkanlah kebiasaan dari sebagian kita,,, Dalam banyak pertemuan dan kesempatan,, kata-kata yang tidak bermakna dan bermanfaat berhamburan bagai serpihan-serpihan dedaunan kering yang digulung badai. Canda tawa dilakukan dengan berlebih-lebihan. Orang-orang semakin merasa puas manakala semakin bisa banyak berkata-kata dan semakin banyak bicara. Tak jarang, siapa saja yang sanggup secara terang-terangan berkata jorok maka dialah yang diberikan kesempatan untuk banyak berkata-kata.

Aduhaiiiiiii………!!!!!!!!!!!! Sampai kapaaaaaaaaaan!!?????? Sampai kapan, lidah kita gunakan untuk ucapan dan hal-hal seperti itu…..??

Apa yang ada di pikiran orang tentang kita, itu tidak kita ketahui,, orang akan begitu mudah menjustifikasi kita seperti apa yang kita katakan itu,,,, missaaal”””””!! Bila kita sering berkata cabul,, maka kita akan diangaap dan di cap sebagai pencabul…. Ya!!!!!! Walaupun kita bukanlah tipologi pencabul.. atau bila kita suka berbasa basi,, orang akan sulit menanggapi kita dengan serius,, sebab basa basi biasanya dihadapi dengan basa basi pula. Bila kita suka bercanda.. terutama dengan canda yang berlebihan, maka orang akan menilai kita sebagai orang yang tidak pernah serius pula. Kalaupun kita tengah serius, orang akan menaggapi bahwa kita tengah bercanda..

Tetapi,,, bila kita sanggup menjaga lisan kita dari perkatan-perkataan yang tidak bermakna dan cenderung bersyahwat, orang lain akan merasa segan dengan kita,,Orang akan meyakini kita sebagi seseorang yang sanggup menjaga lidah dan rahasia… kata-kata kita akan didengar mereka. Dan kita sendiri akan mendapati sebagai pemilik jiwa yang berbahagiaaa!!! Pada saat inilah, cahaya ketuhanan akan semakin memenuhi rongga dada kita,,,. Hikmah – hikmah akan mudah masuk membashi jiwa kita..Hati akan tersingkap dan nurani kita akan menjadi pemandu jalan hidup kita…

Tapi semua itu kembali pada kebiasaan kita masing-masing,, apa yang sering kita lakukan dan ucapkan maka hal itu pula yang akan sering kita lakukan dan ucapkan,,, ya!!!! Semua itu memang bisa berubah,,, tapi kan perlu proses,, dan prosenya ini akan membuat badan dan lidah menjadi panas dingin bila kita ndak terbiasa,,,, hehheheheee…..!!!! mudah-mudahan kita bisa menjadi orang-orang yang dikisahkan dalam (Q.S.Al-Imran[3]:190-191) sehingga walaupun kita diam,, diamnya kita menjadi dan membawa rahmat,, baik bagi kehidupan kita sendiri maupun orang lain,,,,,,

WaAllahu A’lam
Samudra.. 27 juni 2010

Dengar dan Majulah

“Kamu suruh seseorang (manusia) tuk berbuat kebaikan tapi kamu malah melupakan diri kamu sendiri, sedangkan kamu membaca Kitab,, tidakkkah kamu memikirkan??... begitulah kira-kira sekilas pemahaman yang terdapat dalam (Q.S.Al-baqrah[2]: 44).

Hal apakah yang paling disukai oleh banyak orang teradap orang lain?? Bicara,,, ya berbicara merupakan salah satu yang paling banyak disukai oleh kebanyakan orang. Orang lebih suka berbicara daripada mendengaarkan. Orang juga lebih suka mengugkapkan identitas dirinya terutama yang baik-baik daripada mendengarkan orang lain menyebutkan dan mengemukkan identitasnya. Jika seseorang diberi kesempatan untuk memberikan motivasi, maka ramai-ramai orang akan bisa memberikan kalimat yang panjang yang berisi tentang pemberian nasehat dan motivasi kepada orang lain.

Kita dapat melihat hal tersebut dalam kehidupan kita sehari hari. Misalnya.. ada orang yang tengah di timpa takdir kematian. Bila ada tetangga kita yang ditinggal mati oleh salah satu keluarganya,, maka tetangga-tetangga kita dan bahkan kita sibuk memberikan kalimat – kalimat yang berisi semangat,motivasi dan juga sibuk memberikan dorongan serta menanamkan kesabaran kepada orang yang ditimpa musibah takdir kematian tersebut.Kita mungkin dan seolah sedang lupa bahwa ketika orangtua atau saudara kita sendiri yang meninggal, belum tentu kita sekuat tetangga yang kita nasehati tersebut.

Hehhe,,,,. Jika seeorang (kita) memiliki waktu dan kesempatan untuk memberikan kritikan kepada orang lain. Maka kita dengan serta merta memberikan kritikan kepada orang tersebut. Bahkan kalau perlu orang tersebut dikritik dengan sekeras kerasnya.

Kita seolah lupa,, bahwa orang yang kita kritik itu juga memiliki perasaan, pikiran, dan hati?? Tidak sadarkah kita , bahwa betapapun seeorang itu melakukan kesalahan, ia tetap manusia yang memiliki kehormatan dan harga diri,, tidakkaah kita kasihan kepada orang tersebut kita kritik di tempat terbuka.

Bagaimana jika yang dikritik itu adalah kita?? Bagaimana jika didepan umum ada orang yang menjelek-jelekkan kita atau mengkritik kita??.. hehheh…. tentu kita dengan mudah dapat menjawabnya.... Yaaa,, lihat-lihat kesalahannya laaaaaah,,,.!!!!

Maka jangan kita salahkan jika ada seseorang yang membenci kita,, sebab siapa tahu orang tersebut membenci kita Karena kita yang telah terlebih dahulu menanamkan kebencian kepada orang tersebut.,,,,

Heheh,,, bicara,, ya berbicara itu memmang mudah, mencari – cari kesalahan dan kekurangan orang lain pun merupakan sesuatu yang sangat mudah untuk dilakukan. Mengkritik seseorang pun pada taraf tertentu merupakan sesuatu yang mudah tuk dilakukan. Terkadang malah mungkin kita melihat seseorang mengkritik orang lain tanpa ada yang menyuruhnya. Sering terjadi pula,, seseorang dengan tiba-tiba ingin berbicara tentang sesuatu yang padahal belum tentu orang lain akan suka mendengarnya,.

Imam Ali bin abi Thalib pernah mengatakan bahwa “Orang yang merasa puas dengan dirinya(menyebabkan) banyak oreng yang marah dan tidak puas dengannya”

Duhai sahabat,,,,,!!!!

Setelah sekian lama kita banyak berbicara, sekaranglah saatnya kita untuk banyak mendengar. Memang tidak bisa kita pungkiri bahwa kekatuan berbicara itu memang dahsyat,, sejarah banyak di warnai oleh orang- orang yang fasih dalam berbicara.Untuk sekedar contoh,, kehebatan berbicara telah membesarkan nama Georgias, Protogoras, Plato dan Aristoteles di zaman Yunani Kuno, juga Ciero di Romawi Kuno atau juga Oliover Cromwell di abad 17 hingga Hitler Musolii di abad yang baru lalu. Kekuatan kata-kata juga tercermin pada diri Muhammad SAW dan para sahabatnya. Pendeknya sejarah telah banyak di warnai oleh orang-orang yang fasih dalam berbicara.

Sebesar kekuatan berbicara sebesar itu pula kekuatan mendengar. Bahkan seorang motivator ulung “Dale Carnege” menulis bab khusus dalam salah satu bukunya tentang perlunya kita banyak mendengar daripada banyak berbicara… Oleh karena itu, sudah saatnya kita belajar untuk mendengarkan orang lain,,,mendengarkan pendapatya, mendengarkan masukan-masukannya,, juga mendengarkan kritikan-kritikanya, terhadap kita.

Disaat yang sama kita akan bisa menemukan orang-orang yang memiliki kemampuan dan wawasan yang lebih baik dari kita. Untuk itu, kita harus memberikan kesempatan pada pendengaran kita untuk mendengrakan pembicaraanya,, hehhe,,,,,,,,,, hal ini bukan berarti kita disebut sebagai “pengupieng” tapi yang kita dengarkan adalah sesuatu yang dapat menembah dan meningkatkan wawasan terahadap agam ini lebuh baik lagi. Sebab dengan mendengar kita bisa banyak mengerti,mengetahui dan memahami ide dan gagasanya yang belum kita miliki.

Termasuk juga mendengarkan adalah membaca dan mempelajari pikiran-pikiran yang di tulis dalam buku,majalah, atau terbitan-terbitan yang lain. Kita baca pikiran-pikiran yang ada di sana, lalu kita ambil hikmahnya serta kemudian kita tanamkan dalam hati dan jiwa kita,,, tentunya yang baik dan benar.

Terakhir yang sangat penting adalah.. kita belajar untuk mendengarkan suara hati nurani kita, kita jadikan hati nurani sebagi pembimbing, petunjuk, penolong dan pemotivasi yang diberikan oleh Allah SWT,,, pada diri kita.

Caranya????

Sering- seringlah kita berdialog dengan hati, kita aktifkan radar hati kita, dan bertanya jawablah kita dengannya.Tatkala kita sedang mengalami keraguan dan kebimbangan, janganalah kita berhenti pada jeritan hati saja, tapi kita lanjutkan dengan merenungkan dalam-dalam masalah yang sedang kita ragukan dan bimbangkan itu, kita berdialog dengan Allah SWT melalui Qur'an,,,, kita bertanya pada orang yang lebih mengetahui dari kita tentag hal tersebut,,,, dalam hal ini bukan berarti kita harus pergi ke "dukun" hehheehheheh.......Naaaaah,, Pada saat nurani kita (hati) membisikkan jalan yang kita tempuh… lalu kita ambil jalan itu dan yakinilah,,, memang hal itu tak semudah yang kita bayangkan,, karena hanya hati yang suci dan bersih dari noda dan dosa yang bisa membimbing kita pada kebenaran,,,

Kita sudah banyak berbicara dan kita juga sudah banyak mendengarkan,, sekaranglah saatnya kita bangkit dan maju,,, jangan sampai kita menjadi orang-orang yang di “sindir’ dalam (Q.S.al-Baqarah[2]:44) diatas tadi.. jangan sampai kita menjadi orang-orang yang banyak berbicara (menashati,memotivasi oranglain) tapi malah kita lupa terhadap diri kita sendiri.. memang siich…!! Berbicara itu sangat mudah tuk dilakukan dan pada taraf tertentu baru akan sulit dan sukar tuk di lakukan,,,hehhehe….

Ya kan??

Hehehe,,,, Banyak orang yang dengan mudahya “mengejek” atau “menyepelekan” orang lain , tapi ketika ia (org tersebut) di suruh tuk melakukan hal yang sama,seperti apa yang telah dilakukan dan perbuat oleh orang yang ia “ejek” tadi,, belum tentu ia bisa melakukannya,, dan malah yang parahnya ia keluarkan berbagai macam dalih, argument,alasan dan ntah apa lagi yang lainya..tuk membela dirinya, yang jelas sudah salah,, hal ini yang mestinya kita hindari, tapi amat di sayangkan hal ini banyak terjadi dan dapat kita saksikan dalam dunia pendidikan kiat saat ini…yang banyak di”penuhi oleh orang-orang yang meneyepelekan orang lain, huuuuf!!!!.

Duhai sahabat,,,…..!!!!!!

Sekaranglaah saatnya kita bangkit dan maju,, bangkit dari rasa malas dan maju menyingkirkan rasa sombong alais “sok tau”. Kita jadikan diri kita sebagai orang yang baik dan benar sehingga kita bisa menjadi dan merasakan kebahagiaan dalam jiwa kita. Dan sehingga kita juga bisa menjadi orang-orang yang yakin (berkeyakinan) terhadap suatu kebaikan serta kita juga bisa membuktikan apa yang kita yakini dari kebikan itu dengan perbuatan nyata.

Soooo..!!!!! Keep your mind,, with your actions!!!! And surely you will succeed………………^_^

WaAllahu a’lam
Samudra,,27 juni 2010

Jumat, 25 Juni 2010

Menyikapi Masa Lalu

“Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menepati kesabaran.”
(Q.S.Al-‘ashri:1-3)

Menyikapi ayat ini Imam Syafi’i rahimahullah berkata..:”Seandainya manusia memahami ayat ini cukuplah agama ini baginya…” Apa maksudnya?? Surat ini merupakan intisari bahwa hidup adalah kumpulan waktu.. yang tak mampu menggunakan waktu dialah yang dijamin bakal merugi,,persis seperti orang yang sudah mati..

Waktu,,,,,!!!!!! Lalai,,,,, maka kan mati???????

“Aduhaiii…….!!! Seandainya waktu bisa diputar ulang,aku akan memilih waktu dimana dulu aku bisa berbahagia hidup bersama kedua orang tuaku,, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh dan aku pun tidak akan melakukan kesalahan yang sama,, Sehingga tidak menyebabkan keluargaku hancur berantakan,,, tidak menyebabkan akau menjadi pengangguran,,,,, tidak menyebabkan akau di pecat dari perusaahaan,,, Tapi sayang ya!! Waktu tidak pernah kembali,, aku sulit tuk melupakan masa-masa indah itu,, sekaligus sulit melupakan kenangan pahit yang terus membekas di hatiku…””keluh seorang teman kepada kami pada saat sedang asyik duduk-duduk santai……

Ya,, Masa laluuuu…….!!!!

Adakah yang masih tersisa ?? masa lalu adalah dimana kita tidak akan mendaapatkannya kembali walau kita berdo’a hingga menangis darah sekalipun, masa lalu tidak akan bisa kita undang kembali lagi..Tetapi lihatlah diri kita..”Terkadang kita tersenyum-senyum sendiri ketika duduk sendirian di suatu tempat atau ketika kita “curhat” pada sahabat-sahabat kita. Pikiran kita mendarat di masa lalu,tatkala bunga-bunga musim semi bermekaran di dada kita,terbayang jelas di pelupuk mata kita tatkala kita tengah memadu kasih dengan sang kekasih, atau tatkala kita tengah mendapatkan rezeki yang tiada diduga-duga atau tatkala kita hirup udara kebersaman dengan orang – orang yang mencintai kita dan kita pun mencintai mereka,, membayangkan hal itu, tiba-tiba dada kita disesaki oleh keinginan yan mustahil “.. aduhai seandainya masa-masa indah itu bisa kembali lagi kepadaku…” dan ntah ucapan lain pa lagii!!!!..hehhee…..

Namun,dilain waktu, didalam kesendirian dan keheningan malam tiba-tiba ingatan kita mendarat pada tanah yang tandus dan gersang di masa lalu,, tempat kita menemukan orang yang kita cintai pergi meniggalkan kita,, tempat dimana orang-orang yang kita cintai berubah membenci kita,, Tak terasa air mata kita mengalir deras membasahi kedua pipi kita, kita menangisi kenyataan pahit di masa lalu dan itu kita lakukan di waktu sekarang.

Jadi,, Apa yang harus kita lakukan?? Haruuuskah kita menangisi peristiwa yang sudah lalu?? Atau haruskah kita tertawa dengan peristiwa yang sudah lalu?? kenapa kita lakukan hal itu?? Kita hidup saat ini, yang sedang kita hadapi adalah kenyataan di depan kita sekarang, baik atau buruk keadaan kita sekarang itulah yang mesti kita hadapi…. Maka sekiranya kita sekarang ini sedang menghadapi beban yang terasa begitu berat,, jangan lantas kita menambahnya dengan mengingat-ingat kebahagiaan yang pernah kita alami di masa lalu,, Sebaliknya.. Tatakala kita sedang merasakan kenikmatan dan kebahagian hidup,, jangan lantas kita bandingkan kebahagiaan hidup kita saat ini dengan keadaan hidup kita di masa lalu.. karena bila kita melakukannya,, kita akan sulit untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita.


Mungkin kita sering mendengar tentang seorang perempuan yang mengalami trauma dalam percintaanya,, hehhe…… lalu dia berjanji tuk tidak kan jatuh cinta lagi… Kenapa hal itu terjadi?? Yaaa,,, sebab iya trauma dengan masa lalunya,,,,di sakiti,, khianati,, tau di duakan,, hehhhe ,,,, taupun peristiwa-peristiwa yang lainya,yang membuat seseorang itu trauma dengan sesuatu…

Heheh,,,,, jangan begiituuuu!!!!!!!!!!!!!

Kenapa kita harus sedih dengan peristiwa yang sudah lalu?? Kenapa juga kita mesti senang dengan peristiwa yang sudah lalu?? Memang kita harus menyadari bahwa masa lalu itu tidak akan bisa kita lupakan,, tetapi itu bukan berarti masa lalu harus kita ingat teruuus,,, masa lalu bukan untuk dilupakan dan bukan pula untuk di ingat-ingat.. tetapi satu-satunya jalan tengah yang harus kita lakukan adalah “mengikhlaskannya”.

Ya.!!!! Ikhlas.. mengikhlaskannya…….

Ikhlas terhadap semua yang sudah terjadi pada diri kita,, baik itu senang maupun susah,,,sengsara maupun bahagia yang telah terjadi pada hidup kita… mari kita mengikhlaskannya.. sebab masa lalu itu sudah sirna dari kehidupan kita,, jangan kia ungkit-ungkit lagi,, ambillah pelajaran darinya (masa lalu) .. jadilah diri kita sekarang ini…. Tentunya yang lebih baik,, kita tatap masa depan dan jangan kita berpaling ke masa lalu,,, kecuali hanya untuk kita mengambil hikmah taupun pelajaran dari masa lalu itu.. seperti pernyataan dalam (Q.S.Yusuf[12]:111)….. dan kita perbanyak “menimba” pengetahuan dan wawasan serta pengalaman masa lalu dari orang-orang yang lebih tua dari kita,, sebab ketuaannya adalah kelebihan yang tidak kita miliki.. dan memang pengalamannya tentag hidup lebih banyak dari kita…..

“Ikhlaskan masa lalu… kita jalani hari ini dan menatap masa depan dengan optimis”


WaAllahu a’lam…
Meurandeh. 25 juni 2010.

Kamis, 10 Juni 2010

MEMBANGUN PARADIGMA BARU!!

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Pada dasarnya, setiap proses Pembangunan masyarakat mengandung tiga unsur yaitu adanya proses perubahan, Mobilissai sumber daya dan Pemgembangan Kapasitas. Dalam rangka memahami dan menjelaskan fenomena Pembanguna masyarakat tersebut dikenal adanya berbagai perspektif yang berangkat dari asumsi dan sudut padang yang berbeda. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa mengunakan penjelasan berdasarkan perspektif apapun yang namanya pembangunan masyarakat selalu mengandung ketiga usur yang disebut konsep dasar. Perbedaan ya adalah, dengan mengunakan perspektif yang berbeda akan mengakibatkan cara penjelasan yang berbeda, serta memberikan focus perhatian yang berbeda dari masing konsef dasar sehingga hasilnya pun berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam hal sumber atau factor yang mendorong faktor perubahan, misalnya mana yang ditetapkan diposisi yang dominan, sumber perubahan internal atau eksternal. Sebagai proses mobilisasi sumber daya juga dapat dilihat pandangan dan penjelasan yang berbeda, misalnya pihak mana yang diberkan kewenangan dalam pengelolahan nya diantara tiga stakeholders Pembangunan : Negara, Masyarakat atau swasta.
Dilain pihak, melihat lebih sebagai actor atau pelaku sebagai proses pembangunan itu sendiri. Perbedaan antara perspektif juga dijumpai dalam melihat unsur pengembangan kafasitas masyarakat untuk menbagunan. Pada dasarnya tujuan pembanguna adalah : Peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat, tetapi diantara perspektif yang berbeda dapat juga dimiliki rumusan yang berbeda tentang kesejahteraan masyarakat. Sebagai mana juga dalam factor yang menyebabkan tampilnya berbagai perspektif, pariasi yang ada dalam pembangunan masyarakat dapat dideskrifsikan dari berbagai criteria, antara lain dilihat dari instensitas perubaha yang diharapkan. Oleh sebab itu dalam pembahasan yang lebih lanjut tentang pariasi pendekatan dalam pembangunan masyarakat, dengan membandingkan kutub-kutub ekstrim nya. Hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya setiap pendekatan masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemaha. Sebagi contoh dalam uraian berikut dapat ditemukan sifat – sifat dan karekteristik yang sejalan antara kutub pendekatan yang berorientasi proses, pendekatan yang memberikan toleransi pada variasi local.





Improvement vs Transformation.
Salah satu unsur yang cukup ensensial dari proses pembangunan masyarakat adalah adanya proses perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat merupakan perubahan alami yang tumbuh dari dinamika masyarakat sendiri, dapat pula merupakan perubahan yang terencana. Walaupun pada awalnya berangkat dari pandangan yang sama yaitu bahwa perubahan yang diperlukan karena ada sesuatu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan –harapan sehingga perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Dengan kata lain walaupun keduanya menghendaki adanya perubahan melauli proses pembanguan masyarakat, tetapi perbedaan diantara kedua kutuf pendekatan tersebut yaitu antara Improvement approach dan Tranpormation approach terlentak pada sikap nya terhadap eksistensi dari stuktur sosial yang ada. Dalam Improvement apporoach, yang dilakukan melakukan perbaikan yang bersifat tambal sulam tanpa mengubah kontruksi dasarnya. Sebaliknya dalam Tranformation approach, untuk melakukan perbaikan yang bersifat tambal sulam diangkap tidak memecahkan masalah, sehingga yang dilakukan adalah seluruh bangunan rumah dibongkar dan kemudian didirikan bangunan baru dengan desain dan kontruksi baru. Salah satu contoh Tranformation approach, program ujamaa sering disebut sabagai pernerapan system sosialisme alatanzania. Dengan demikian intervensi dari luar tidak dimaksudkan untuk merombak atau bahkan menstransformasikan system dan struktur social baru, tetapi lebih bersifat pengenalan teknologi dan cara – cara kerja baru untuk meningkatkan produktivitas, termasuk mengubah system uasaha tani yang berorientasi subsiten yang berproksi bagi pemenuhan kebutuhan sendiri menjadi sistem usaha tani yang lebih modern dan berorientasi pasar sehingga, petani dapat menjual kelebihan produksinya dalam rangka peningkatan pendapatan.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pendekatan ini pada umumnya mengandalkan pada proses inovasi pembangunan. Apabila pendekatan ini ditetapkan dalam masyarakat petani, bentuknya data berupa upaya untuk memasukan dan memperkenalkan ide baru, cara kerja baru dan teknologi baru dalam system usaha tani.
Sebagai proses inovasi, maka dalam pelaksanaannya mengenal tahap-tahap yang baku yaitu invensi, difusi inovasi dan konsekuensi. Melihat pokok – pokok pendekatan seperti itu, Improvenment approach dianggap dapat mendorong terjadinya perubahan dan pembaruan dalam masyarakat tanpa menimbulkan gejolak social yang berarti karena tidak melalui perubahan structural yang cukup drastic.
Pertama, pendekatan ini dianggap justru memperkokoh dan mengembangkan keragaman social ekonomi di daerah perdesaan yang seringkali memperlebar perbedan tigkat social ekonomi anatara petani pemilik tanah luas dan petani kecil.
Kedua, dalam pelaksanaanya, pendekatan ini jika dipandang dari kepentingan seleuruh lapisan masyaraat seringkali berlangsung dalam proses yang sangat lambat dan tidak mendatangkan hasil secara cepat, radikal dan spektakuler. Transfomation approach dapat dimanifestasikan dalam bentuk perubahan mendasar dalam system pemilikan dan penguasaan tanah misalnya melalui landreform. Disamping dalam bentuk redistribusi pemilikan dan penguasaan tanah, pelaksanaan Transformation approach juga dapat berupa usaha meracang dan membuka suatu skema permukiman yang dilengkapi dengan penyediaan lahan pertanian serta segala sarana dan prasarana bagi pengembangan system usaha tani tertentu. Bentuk program permbangunan yang terakhir ini biasa disebut dengan Land Settement Schemes ( Hardiman and Midgley, 1982 : 115 ).
Dengan bentuk – bentuk pelaksanaan Transformation approach seperti itu dianggap mempunyai beberapa keuntungan. Disamping itu, dengan kepastian kepastian pemilikan dan penguasaan tanah pertanian akan mendorong dan merangsang mereka guna melaksanakan system usaha tani secara lebih produktif. Berdasarkan motivasi itu para petani juga kan lebih memberikan tanggapan yang posotif terhadap berbagai ide baru yang diperkenalkan sebagai sarana untuk peningkatan produktivitas lahan mereka. Walaupun demikian tidak jarang dalam pelaksanaannya akan dijumoai beberapa kendala paling tidak sisebutkan tiga hal yang dapat diperhitungkan sebagai kendala tersebut. Pertama, dengan memerhatikan beberapa contoh Pelaksanaan Tranformation approach tersebut, terutama dibeberapa Negara sedang berkembang, ternyata membutuhkan biaya yang cukup besar terutama penerapannya dalam bentuk skema pemukiman yang sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana.. Kedua, pelaksanaan Tranformation approach akan berarti pula adanya perubahan struktural yang cukup mendasar dalam kehidupan masyarakat. Ketiga, perubahan system dan perubahan struktural yang terjadi melalui pendekatan ini pada dasarnya bukan perubahan yang terjadi secara lami, melaikan perubahan yang direncanakan.belum tentu perubahan system dan perubahan struktur ini secara otomatis diikuti dengan perubahan sikap dan orientasi berfikir.
Berkaitan dengan variasi pendekatan ini sumber lain ada yang mengklasifikasikannya tidak menjadi dua kutub ekstrim, tetapi menjadi tiga model. Pendekatan yang digunakan kemudian dapat dibedakan menjadi model intervensi rendah (model produktivitas), model intervensi menengah (model solidaritas) dan model intervensi tinggi ( model pemerataan) (Winarno, 2003 :21).
Model Intevensi Rendah (Model Produktivitas) adalah upaya pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas (pertanian) tanpa memandang perlu melakukan perubahan – perubahan penting dan substansial terhadap struktur social dan pemilikan tanah. Model ini disebut sebagai Improvenment approach .
Model Intervensi Menengah (Model Solidaritas) adalah pendekatan pembangunan dengan memperkenalkan intervensi yang terbatas kepada lembaga-lambaga desa dengan perubahan yang menderat dalam system pemilikan tanah dan struktur kekuasaan desa.
Model Intervensi Tinggi ( Model Pemerataan) meripakan upaya pembangunan yag bertujuan mempersempit ketidakmerataan sosial, ekonomi dan kebudayaan serta mempersempit kegiatan-kegiatan ekonomi Penduduk desa kaya yang dapat merugikan kepentingan lapisan penduduk berpenghasilan rendah, dengan jalan melakukan perubahan dalam pola pemikilan tanah.

Proses Vs Hasil materil
Dilihat dari mekanisme perubahan dalam rangka mencapai tujuan, kegiatan pembangunan masyarakat ada yang mengutamakan dan memberikan penekanan pada bagaimana prosesnya sampai suatu hasil pembangunan dapat terwujud, dan ada pula yang lebih menekankan pada hasil material, dalam pengertian proses dan mekanisme perubahan untuk mencapai suatu hasil material tidak begitu dipersoalkan, yang penting dalam begitu relative singkat dapat dilihat hasilnya secara fisik. Pembangunan masyarakat yang mementingkan hasil material ( task conception ) lebih menekankan pada hasil nyata yang terwujud seperti rumah sakit baru, gedung sekolah baru, saluran irigasi dan sebagainya, sedangkan pembangunan masyarakat yang mementingkan proses menekankan pada tujuan yang lebih abstrak dan memberikan perhatian yang dominanpada ikatan dalam komunitas dan otonomi local untuk secara perlahan mampu merencanakan dan melaksanakan pembangunan, pendek kata mengelola pembangunandilingkungan komunitasnya secara lebih mandiri. Dengan berorientasi pada proses, maka mekanisme pembangunan masyarakat lebih bersifat mendidik karena mendorong tumbuhnya kretivitas, prakarsa, dan tanggung jawab social warga masyarakat. Sebaliknya pembangunan masyarakat yang mementingkan hasil material dianggap lebih menjanjikan perubahan-perubahan konkrit secar cepat.
Disisi lain, pendekatan yang mementingkan hasil material ini juga sering dilihat mempunyai beberapa kelemahan, terutama juga sering dilihat mempunyai beberapa kelemahan, bentuk kelemahan lain yang seringkali disebut adalah kurangnya orientasi kepada kondisi, kebutuhan dan permasalahan masyarakat sendiri.


Selfhelp vs Technocratic
Perubahan yang terjadi dalam proses pembangunan masyarakat dapat merupakan perubahan yang menggunakan kekuatan, potensi dan sumber-sumber dari masyarakat sendiri tetapi dapat pula sebagai perubahan yang didorong oleh potensi dan kekuatan dari luar. Pendekatan pembangunan masyarakat yang mengutamakan sumber, potensi dan kekuatan dari dalam biasa disebut dengan selfhelp approach, dalam jangka panjang, proses tersebut secara perlahan tetapi pasti diharapkan baik pembaruan dalam seluruh lembaga, maupun pembaruan proses dan hubungan yang terdapat dalam masyarakat, meliputi bidang ekonomi, social, politik, maupun kebudayaan.
Walau demikian pendekatan ini juga diharapkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi tidak banyak menghilangkan unsure-unsur dasar yang menjadi identitas masyarakat yang bersangkutan. Dilihat dari prospek jangka panjang, pendekatan ini juga lebih bersifat mendidik masyarakat untuk tidak banyak tergantung dari luar serta memupuk kepercayaan diri, sehingga pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan dapat lebih diharapkan. Pendekatan selfhelp yang dilakukan dengan ekstrim dan dalam pandangan sempit sering mengundang kekhawatiran akan mengisolasi lingkungan komunitas dengan masyarakat makronya. Apabila hal ini terjadi, justru dianggap menentang arus dan berlawanan dengan kecendrungan globalisasi. Dalam banyak kesempatan, intervensi dari luar dalam pendekatan ini juga dapat berupa rumusan program dan bahkan sekaligus pengelolaan dalam pelaksanaannya lengkap dengan berbagai instrument dan fasilitas pendukung serta petugas pelaksananya.
Dengan cara-cara demikian, pendekatan technocratic atau pendekatan technical assistance ini dianggap mempunyai kelebihan terutama dalam rangka proses mempercepat usaha mengejar ketinggalan khususnya dilihat dari aspek ekonomi dan peningkatan produktivitas. Disamping itu, pendekatan ini diharapkan juga memiliki keunggulan karena akan lebih cepat dapat menyambung atau bahkan mengitegrasikan lingkungan komunitas dalam system social makro yang kondisinya sudah lebih maju dan menyimpan lebih banyak peluang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila pendekatan self-help dikembangkan dengan menggunakan prinsip pembanguna yang bersifat humanis, maka pendekatan technical assistance dikembangkan melalui prinsip pembangunan yang bersifat teknokratis. ada beberapa kelemahan dalam pendekatan ini yaitu:
1. Kebutuhan dana yang cukup besar untuk pelaksanaan alih teknologi dan skill beserta instrument pendukungnya,
2. Dibutuhkan lebih banyak tenaga penyuluh dan tenaga teknis dalam pelaksanaannya,
3. Program-program yang dirancang dari atas dan dilaksanakan dalam pola hubungan vertical belum tentu relefan dengan kebutuhan dan permasalahan masyarakat yang bersangkutan,
4. Mekanisme pembangunan yang dilaksanakan melalui pendekatan ini dianggap kurang mendidik dan kurang mengembangkan prakarsa serta potensi local.

Uniformitas vs Variasi Lokal
Pada dasarnya, masyarakat dalam suatu komunitas tertentu, walaupun dapat digeneralisasi beberapa karakteristik secara umum, akakn tetapi tetap dapat dilihat variasi dan perbedaannya. Variasi yang ada dapat berupa perbedaan kondisi geografis, potensi yang dimiliki, dan perkembangan social ekonominya.sehubungan dengan hal ini, pendekatan pembangunan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, pada prinsipnya, kedua kutub pendekatan ini didasarkan pada tingkat toleransi dan kesediaan mengakomodasi variasi yang ada terutama pada tingkat masyarakat local.
Disegi lain, apabila dibandingkan dengan segi yang positif, orang akan lebih mudah dan akan lebih banyak dapat membuat daftar hal-hal yang bersifat negative dari pendekatan ini. Karena pembanguna dirancang dari pusat dan bersifat seragam, maka program-program sulit untuk dapat mengakomodasi masalah dan kebutuhan actual yang betul-betul dirasakan oleh masyarakat local, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan ini kurang aspiratif. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila masyarakat tidak merasa ikut memiliki program tersebut, hal itu disebabkan karena adanya mobilisasi, bukan partisifasi yang didorong oleh determinasi dan kesadaran.
Dilain pihak, pendekatan yang menekankan variasi local menyadari bahwa program-program pembangunan tidak dapat dilakukan secar seragam, justru karena masing-masing komunitas mempunyai kondisi dan permasalahan yang berbeda. Oleh sebab itu, pendekatan yang dilakukan sebaliknya lebih mementingkan nilai prakarsa dan perbedaan local, dalam pengertian orientasi pembanguna harus didasarkan pada aspirasi masyarakat yang berangkat dari kondisi, permasalahan dan kebutuhan yang berbeda antara lingkungan masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Berbeda dengan pendekatan yang bersifat seragam yang sering juga disebut pendekatan uniformitas, maka pendekatan yang menekankan variasi local ini bersifat adaptif, fleksibel dan melalui proses belajar (honadle and Vansant, 1985:92).
Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa pendekatan ini menempatkan proses belajar social sebagai salah satu andalannya. Hal ini lebih menjamin berkelanjutan dari proses pembangunan dalam komunitas yang bersangkutan dan mengurangi ketergantungan dari luar. Disamping dari sudut ini, maka sebetulnya pendekatan yang berorientasi pada variasi local ini lebih memberikan kesempatan bagi teraktualisasikannya berbagai potensi local yang seringkali cukup besar bukan saja dalam bentuk potensi alam dan potensi manusia, melainkan juga yang bersifat social. Dilihat dari kepentingan nasional secara luas, sebetulnya hal tersebut dapat juga dilihat segi positifnya. Apabila pengelolaan pembangunan pada tingkat masyarakat local sudah dapa5t berjalan dengan baik dalam pengertian lebih berkelanjutan dan mandiri, hal tersebut dapat mengurangi beban dan tanggung jawab pemerintah pusat dapat melaksanakan pembangunan.
Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya untuk diantipasi adalah bahwa kewenangan untuk mengelola pembangunan pada masyarakat local dapat terwujud apabila ada kemauan baik dari pemerintah. Hal itu dusebabkan karena pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada masyarakat local dalam mengelola pembangunan dilingkungan komunitas akan mengurangi porsi kewenangan yang ada pada pemerintah.

KOMUNIKASI

KONSEP – KONSEP KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

1.Komunikasi Pembangunan

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah “ as anintegral part of development, and communication as a set of variables instrumentalin bringing about development “ ( Roy dalam Jayaweera dan Anumagama, 1987).Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara.
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi, maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan yang dipilih oleh suatu negara.
Peranan komunikasi pembangunan telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan. Everett M. Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak dari suatu bangsa. Pada bagian lain Rogers menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar dari perubahan sosial.
Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan kearah yang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan. Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses, yang penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah.
Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya melibatkan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan, bisa aparat pemerintah ataupun masyarakat, pesan pembangunan yang berisi ide-ide atau pun program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran pembangunan.
Dengan demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia, harus bersifat pragmatik yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yang akan datang. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi harus berada di garis depan untuk merubah sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan. Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan konsep komunikasipembangunan, maka dapat dilihat dalam arti luas dan terbatas. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dengan pemerintah, dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.
Sedangkan dalam arti terbatas, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan ketrampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan diwujudkan pada masyarakat yang menjadi sasaran dapat memahami, menerima dan berpartisipasi
dalam pembangunan.

2. Strategi Komunikasi
Rogers (1976) mengatakan komunikasi tetap dianggap sebagai perpanjangan tangan para perencana pemerintah, dan fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan. Dari pendapat Rogers ini jelas bahwa setiap pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Dan karenanya pemerintah dalam melancarkan komunikasinya perlu memperhatikan strategi apa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai dengan harapan.
Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan pembangunan nasional di negara-negara masing-masing. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan.
Effendy (1993) mengatakan strategi baik secara makro (planned multimedia
strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
2. Menjembatani ”cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Dengan demikian strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.
Setiap strategi dalam bidang apa pun harus didukung oleh teori, demikian juga dalam strategi komunikasi. Teori merupakan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman yang telah diuji kebenarannya. Untuk strategi komunikasi, teori yang barangkali tepat untuk dijadikan sebagai ”pisau analisis” adalah paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell.
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang dirumuskan, yaitu who says what in which channel to whom withwhat effect. Rumus di atas tampaknya sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh,pertanyaan ”efek apa yang diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama, yaitu :
1. When ( Kapan dilaksanakannya).
2. How ( Bagaimana melaksanakannya).
3. Why ( Mengapa dilaksanakan demikian).
Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi.
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting. Dalam hal ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Para ahli komunikasi cenderung sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang disingkat AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision, Action). Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan.
Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness. Rogers (1983) mengatakan kredibilitas adalah tingkat di mana komunikator dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima.Hovland (dalam Krech,1982) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih benyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah. Rakhmat (1989) mengatakan dalam berkomunikasi yang berpengaruh terhadap komunikan bukan hanya apa yang disampaikan, tetapi juga keadaan komunikator secara keseluruhan. Jadi ketika suatu pesan disampaikan, komunikan tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga memperhatikan siapa yang mengatakan. Selanjutnya Tan (1981) mengatakan kredibilitas sumber terdiri dari dua unsur, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian diukur dengan sejauhmana komunikan menganggap komunikator mengetahui jawaban yang benar, sedangkan kepercayaan dioperasionalisasikan sebagai persepsi komunikan tentang sejauhmana komunikator
bersikap tidak memihak dalam penyampaian pesan. Dari variabel kredibilitas dapat ditentukan dimensi-dimensinya yaitu : keahlian komunikator (kemampuan, kecerdasan, pengalaman, pengetahuan, dsb) dan kepercayaan komunikator (kejujuran, keikhlasan, keadilan, dsb). Demikan juga mengenai daya tarik adalah berkenaan dengan tingkat mana penerima melihat sumber sebagai seorang yang disenangi dalam bentuk peranan hubungannya yang memuaskan. Effendy (1983) mengatakan daya tarik adalah komunikator yang dapat menyamakan dirinya dengan
orang lain, apakah idiologi, perasaan, dsb. Demikian juga Tan (1981) mengatakan daya tarik adalah diukur dengan kesamaan, familiaritas, dan kesukaan. Kesamaan meliputi pandangan, wawasan, ide, atau gagasan. Familiaritas meliputi empati, simpati, dan kedewasaan. Kesukaan meliputi frekuensi, ketepatan, keteladanan, dan kesopanan. Demikian mengenai faktor-faktor yang penting dimiliki olehkomunikator agar komunikasi yang dilancarkan dapat merubah sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikan.
Dalam strategi komunikasi mengenai isi pesan tentu sangat menentukan
efektivitas komunikasi. Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1981) mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang disampaikan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.
2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat dimengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
3. Teori Difusi Inovasi
Teori ini dapat dikatagorikan ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam merubah masyarakat melalui penyebarluasan ide-ide dan hal-hal yang baru. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesan-pesan yang disampaikan itu menyangkut hal-hal yang dianggap baru maka di pihak penerima akan timbul suatu derajat resiko tertentu yang menyebabkan perilaku berbeda pada penerima pesan.
Pada masyarakat, khususnya di negara berkembang penyebarluasan inovasi terjadi terus menerus dari satu tempat ke tempat lain, dari bidang tertentu ke bidang lain. Difusi inovasi sebagai gejala kemasyarakatan yang berlangsung bersamaan dengan perubahan sosial yang terjadi, bahkan menyebabkan suatu hubungan sebab-akibat. Penyebarluasan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, dan perubahan sosial pun meransang orang untuk menemukan dan menyebarkan hal-hal yang baru.
Masuknya inovasi ke tengah-tengah sistem sosial disebabkan terjadinya komunikasi antar anggota suatu masyarakat, antara satu masyarakat dengan masyarakat lain.
Dengan demikian komunikasi merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya perubahan sosial. Melalui saluran-saluran komunikasilah terjadi pengenalan, pemahaman, dan penilaian yang kelak akan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan terhadap suatu inovasi. Tetapi perlu diingat bahwa, tidak semua masyarakat dapat menerima begitu saja setiap adanya pembaharuan,diperlukan suatu proses yang kadang-kadang menimbulkan pro dan kontra yang tercermin dalam berbagai sikap dan tanggapan dari anggota masyarakat ketika proses yang dimaksud sedang berlangsung di tengah-tengah mereka.
Dalam proses penyebarluasan inovasi unsur-unsur utama, yaitu :
1. Adanya suatu inovasi.
2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu.
3. Dalam suatu jangka waktu tertentu.
4. Di antara para anggota suatu sistem sosial.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa segala sesuatu, baik dalam bentuk ide, cara-cara, ataupun objek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru, maka dapat dikatakan sebagai suatu inovasi. Pengertian baru disini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakan inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika suatu hal dipandang baru bagi seseorang maka hal itu merupakan inovasi. Havelock (1973) menyatakan bahwa, inovasi sebagai segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya.
Selain itu perlu diperhatikan pula bahwa pengertian baru suatu inovasi tidak harus sebagai pengetahuan baru pula, sebab jika suatu inovasi telah diketahui oleh seseorang untuk jangka waktu tertentu, tetapi individu itu belum memutuskan sikap
apakah menyukai atau tidak, atau pun belum menyatakan menerima atau menolak, maka baginya hal itu tetap merupakan inovasi. Jadi kebaruan inovasi tercermin dari pengetahuan, sikap, atau pun putusan terhadap inovasi yang bersangkutan. Dengan demikian bisa saja disebut sebagai inovasi bagi suatu masyarakat, namun tidak lagi dirasakan sebagai hal baru oleh masyarakat lain.
Suatu inovasi biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu komponen ide dan komponen objek (aspek material atau produk fisik dari ide). Penerimaan terhadap suatu inovasi yang memiliki dua komponen tersebut, memerlukan adopsi yang berupa tindakan, tetapi untuk inovasi yang hanya mempunyai komponen ide saja, penerimaannya pada hakekatnya perlu merupakan suatu putusan simbolik.
Pandangan masyarakat terhadap penyebarluasan inovasi memiliki lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara baru, yaitu 1) keuntungan relatif, 2) keserasian, 3) kerumitan, 4) dapat dicobakan, 5) dapat dilihat. Kelima atribut di atas menentukan bagaimana tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi yang didifusikan di tengah-tengah masyarakat. Penerimaan terhadap suatu inovasi oleh suatu masyarakat tidaklah terjadi secara serempak tetapi berbeda-beda sesuai dengan pengetahuannya dan kesiapan menerima hal-hal tersebut.
Rogers dan Schoemaker (1977) telah mengelompokkan masyarakat berdasarkan penerimaan terhadap inovasi yaitu :
1. Inovator, yaitu mereka yang pada dasarnya sudah menyenangi hal-hal yang baru dan sering melakukan percobaan.
2. Penerima dini, yaitu orang-orang yang berpengaruuh di sekelilingnya dan merupakan orang-orang yang lebih maju dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya.
3. Mayoritas dini, yaitu orang-orang yang menerima suatu inovasi selangkah lebih dahulu dari orang lain.
4. Mayoritas belakangan, yaitu orang-orang yang baru bersedia menerima suatu inovasi apabila menurut penilaiannya semua orang di sekelilingnya sudah menerimanya.
5. Laggards, yaitu lapisan yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi.
Dalam penerimaan suatu inovasi biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang disebut tahapan putusan inovasi, yaitu :
1. Tahapan pengetahuan, dalam tahap ini seseorang sadar dan tahu adanya inovasi.
2. Tahap bujukan, yaitu seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap a

Dalam pengertian terbatas, komunikasi pembangunan merupakan serangkaian usaha mengkomunikasikan program-program pembangunan kepada masyarakat supaya mereka ikut serta dan memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan tersebut. Suatu badan internasional yang menangani masalah ini Academy for educational Development yang berpusat di Washington USA, telah banyak mengembangkan berbagai program komunikasi pembangunan di negaranegara yang sedang berkembang.
Dalam komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat. Tujuannya untuk menanamkan gagasan - gagasan, sikap mental, dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Secara pragmatis Quebral (1973), merumuskan komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi yang diterima oleh masyarakat.
Mengkaitkan peranan komunikasi pembangunan dan konsep mengenai pembangunan, Tehranian (1979) mengemukakan tiga tinjauan teoritis, yaitu teori yang hanya melihat pembangunan semata-mata sebagai proses pluralisasi masyarakat, politik dan ekonomi dari suatu bangsa yang melaksanakan pembangunan tersebut. Pandangan ini dianut oleh para ekonom dan politisi liberal. Pada pokoknya mereka berpendapat bahwa hal yang penting dalam pembangunan adalah peningkatan kelompok tenaga kerja yang berdasarkan struktur dan fungsi yang jelas, penganekaragaman kelompok berdasarkan kepentingan dan keseimbangan dinamis antar kelompok dan kepentingan.
Teori yang kedua penekanannya pada peningkatan rasionalisasi sebagai unsure kunci proses pembangunan. Penganut aliran ini adalah Hegel, yang menekankan peranan ratio dalam perkembangan sejarah. Sedangkan Weber mementingkan rasionalisasi kebudayaan dan birokrasi dari suatu proses sosial yang akhirnya dikenal belakangan ini adalah mendewakan negara sebagai sumber segala kemenangan dan keabsahan.
Teori ketiga adalah pemikiran yang lahir dari kesadaran diri masyarakat dunia ketiga, dengan konsep yang berpusat pada prinsip melakukan pembebasan. Teori ini sangat dipengaruhi oleh aliran Neo Marxis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa dalam teori yang pertama adalah pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan pengahsilan dan pendapatan masyarakat yang melaksanakan pembangunan tersebut. Tetapi konsep ini tidak memperhatikan apakah peningkatan tersebut atau hanya oleh segelintir masyarakat tertentu saja. Yang penting disini adalah terjadinya peningkatan. Begitu pula halnya dengan pembangunan itu sendiri yang diutamakan adalah segi materi atau jasmaniah dari kehidupan masyarakat.
Asumsi teori kedua lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat abstrak,rasio, cara berpikir yang bukan berbentuk wujud nyata. Sedangkan asumsi yang ketiga adalah proses pembangkitan kesadaran sejarah dan identitas diri yang otentik sebagai daya motivasi dalam rangka proses revolusi dominasi dan eksploitasi.
4. Teknologi Komunikasi
Di abad modern ini, terutama pasca perang dunia kedua, bermunculan berbagai penemuan baru sebagai akibat kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan terjadi susul menyusul. Teknologi memberikan manusia bermacam-macam kemudahan dalam melakukan pekerjaan, dan lebih dari itu menjadikan kehidupan lebih menyenangkan dan lebih nyaman.
Berkat penemuan baru di bidang teknologi, manusia dapat menggali dan melakukan eksplorasi sumber-sumber kekayaan alam, termasuk sumber-sumber energi yang penting bagi peningkatan kesejahteraan umat manusia. Kemajuan pesat di bidang teknologi elektronika yang semakin berkembang membuktikan manusia telah mampu mengembangkan kemampuan setinggi-tingginya. Perkembangan teknologi mendorong semakin berkembangnya teknologi komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi diawali dengan penemuan transistor, kemudian berkembang mikcrohip, sistem komunikasi satelit, dan lain-lain telah membuat jarak bukan lagi suatu halangan untuk berkomunikasi dengan yang lainnya Laju perkembangan teknologi komunikasi telah memperlancar arus informasi dari dan keseluruh penjuru dunia. Kemajuan teknologi telah memungkinkan manusia sekarang ini menyaksikan pada waktu yang sama peristiwa-peristiwa, seperti : pendaratan manusia di bulan, peristiwa-peristiwa kenegaraan, keolahragaan, dan sebagainya.
Kemajuan teknologi juga meningkatkan mobilitas sosial, mempermudah orang untuk saling berhubungan. Pergaulan berlangsung berupa kontak-kontak pribadi diikuti oleh tukar menukar gagasan dan pengalaman. Hubungan manusia dari satu bangsa dengan bangsa lainnya semakin intensif dan dunia seolah-olah menjadi semakin sempit. Mc Luhan menyebut dunia sekarang sebagai a global village. Teknologi media cetak mengalami perkembangan yang pesat. Media cetak mengalami perubahan setelah penyempurnaan mesin cetak dengan ditemukannya mesin offset yang dapat mencetak lebih cepat dan relatif lebih murah dalam jumlah besar. Selanjutnya diketemukan facsimile, transmission of ideographs. Teknologi dapat melakukan penghematan waktu dan jumlah tenaga kerja manusia. Proses teknologi melalui makna pesan tertulis atau gambar dipindahkan secara elektronis melalui radio telegraph (telefrint) untuk satu reproduksi yang jauh letaknya. Dengan teknik ini surat kabar yang terbit di Amerika misalnya, dalam jangka waktu bersamaan dapat terbit di Indonesia. Teknik reproduksi ini memungkinkan penyebaran suratkabar lebih luas dan lebih cepat. Demikian pula di bidang radio, televisi, film, dan pembuatan mesin hitung elektronis berkembang pesat.
Percepatan perkembangan teknologi komunikasi belum ada tanda-tandanya akan berhenti, mendorong keseluruhan sistem komunikasi ke dalam proses kegoncangan yang terus-menerus (Pool, 1974). Pemakaian teknologi baru menuntut keahlian dan ketrampilan lama menjadi tidak berguna atau kurang relevan lagi Untuk melahirkan dan mengembangkan keahlian serta ketrampilan baru, dituntut adanya sistem pendidikan yang baru pula. Sejalan dengan itu restrukturisasi akan terjadi di dalam berbagai kehidupan masyarakat.
Kemajuan teknologi ini juga telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Melalui radio, televisi, film, dan surat kabar dapat dikatakan seluruh pelosok tanah air telah terjangkau oleh jaringan komunikasi yang menghubungkan pusat dan daerah. Pesan-pesan pembangunan dari pusat ke daerah dan sebaliknya dapat dengan mudah disiarkan oleh media tersebut diatas.
Melihat perkembangan kemajuan teknologi komunikasi banyak pengamat mengatakan bahwa negara-negara maju sekarang ini memasuki zaman informasiyang disebabkan oleh revolusi komunikasi. Menurut M. Alwi Dahlan (1983), informasiakan merupakan sektor ekonomi informasi.
Ciri utama munculnya masyarakat informasi adalah terjadinya perkembangan teknologi yang semakin canggih, terutama dalam bidang komunikasi dengan perangkat lunaknya (software). Semakin canggihnya peralatan komunikasi yang digunakan akan memungkinkan penyebaran informasi lebih efisien dan efektif.
Kalau kita simak, awal lahirnya abad informasi ditandai dengan peluncuran Sputnik Uni Sovyet dan Apollo Amerika Serikat. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1956. Nilai keberhasilannya pun dapat dilihat dari penguasaan teknologi peluncuran semata, tetapi keberhasilannya pun dapat dilihat dari segi missi yang diembannya yaitu dimulainya globalisasi teknologi vital revolusi informasi yang membuat bumi menjadi satu “desa dunia” dengan satelit sebagai pengalih bola dunia dalam posisinya sendiri.
Cepatnya revolusi informasi telah menimbulkan permasalahan social mengenai masyarakat informasi. Jika dibandingkan antara masyarakat pertanian dengan masyarakat informasi, perubahan yang terjadi memerlukan waktu 100 tahun ke masyarakat industri dan 20 tahun ke masyarakat informasi. Perubahan yang cepat ini membuat masyarakat harus mengantisipasi masa depannya.
Pengaruh perubahan masyarakat industri ke masyarakat informasi menyangkut orientasi masyarakat yang menjurus pada masalah ekonomi. Bidang komunikasi banyak memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Banyak sector profesi yang harus diisi dalam bidang informasi, baik sektor barang atau jasa. Misalnya reporter, programer, juru kamera, penyuntingan gambar dan berita, tenaga periklanan, pengolahan dan pemrosesan data dan lain-lain.
John Naisbitt dalam bukunya Megatrends menyatakan ada sembilan kecendrungan besar yang sekarang sedang berlangsung di dunia. Salah satu kecenderungan besar itu adalah beralihnya masyarakat industri ke masyarakat informasi. Dalam masyarakat industri, produksi dihasilkan oleh interaksi manusia dengan alam yang terolah, sedangkan masyarakat informasi produksi merupakan hasil interaksi antara manusia dengan manusia. John Naisbitt menyebutkan pula lima hal yang diperhatikan mengenai perubahan masyarakat industri ke masyarakat informasi. Pertama, masyarakat informasi merupakan suatu realitas ekonomi. Kedua, inovasi di bidang komunikasi dan teknologi komputer akan menambah langkah perubahan dalam penyebaran informasi dan percepatan arus informasi. Ketiga, teknologi informasi yang baru diterapkan dalam tugas industri yang lama, secara perlahan akan melahirkan kreativitas dan proses produksi yang baru. Keempat, dalam masyarakat informasi, individu yang menginginkan kemampuan menulis dan kemampuan dasar membaca lebih bagus dari masa lalu. Kelima, keberhasilan dan kegagalan teknologi komunikasi ditentukan oleh prinsip teknologi tinggi dan sentuhan yang tinggi pula.
Dengan munculnya masyarakat informasi, muncul pula ekonomi informasi. Industri pabrik berubah menjadi industri informasi. Kemajuan teknologi komunikasi menyangkut semua unsur dalam prosesnya, baik pula pada teknologi pengirim, penyalur, pembagi atau penerima pesan yang membawakan informasi kepada orang yang dituju. Menurut Alvin Tofler dalam bukunya The Third Wave, perkembangan ini dinamai dengan gelombang ketiga (1980). Tofler membagi sejarah umat manusia menjadi tiga gelombang, yakni :
1) Gelombang pertama antara tahun 800 SM – 1700 M disebut juga gelombang pembaruan. Manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Tanahmerupakan dasar bagi kegiatan ekonomi, kehidupan sosial budaya, struktur sosial dan politik. Hubungan antar manusia sangat akrab, personal, dan komunikasi bersifat sederhana, tulisan sebagai alat bantu. Kemudian struktur ini diubah secara total oleh datangnya peradaban industri (gelombang kedua).
2) Gelombang kedua mulai berimpit dengan revolusi industri. Manusia beralih ke energi terbaru seperti minyak, batu bara, dan gas. Mulai ditemukan mesin uap yang kemudian dipadukan dengan pabrik yang menghasilkan barang-barang produksi. Industri bersandar pada kegiatan produksi massal. Hubungan manusia menjadi impersonal, komunikasi dikuasai oleh media massa. Gelombang ini akhirnya tergusur oleh gelombang ketiga.
3) Gelombang ketiga adalah peradaban yang didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan pengolahan data, penerbangan dan aplikasi angkasa luar, energi alternatif dan energi terbarukan serta rekayasa genetik dan bioteknologi, dengan komputer dan mikro teknik sebagai teknologi intinya. Pada era ini jaringan komunikasi, data dan informasi, komputer, latihan dan teknologi modernlah yang terpenting. Informasi merupakan faktor penentu. Jika pada gelombang kedua mengutamakan kekuatan fisik manusia, pada gelombang ketiga menekankan pada kekuatan pikiran.

Kehebatan gelombang ketiga ini melanda negara-negara yang sedang berkembang. Kemajuan teknologi informasi dan informasi di satu sisi telah berhasil mengatasi hambatan ruang dan waktu, di sisi lain ternyata mempertajam ketidakseimbangan arus informasi antar negara-negara maju dengan negara-negara berkembang.
Kemajuan teknologi komunikasi jelas akan membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Secara positif akan memberikan kemungkinan terjadinya komunikasi secara lebih baik dan luas jangkauannya. Kemajuan ini telah dirasakan manfaatnya bagi negara-negara yang sedang membangun. Dampak negatif menimbulkan masalah baru. Memberikan kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan sistem nilai, karena adanya perbenturan sistem nilai dalam masyarakat penerima teknologi yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda. Selain itu tidak mustahil derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat menimbulkan perubahan berbagai sikap pada anggota masyarakat yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Bagi bangsa Indonesia masalah yang dihadapi berkaitan dengan faktor
budaya adalah :
a. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beraneka suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan, agama, dan sejarah yang berbeda.
b. Masyarakat yang majemuk ini sedang mengalami pergeseran sistem nilai sebagai akibat pembangunan yang pada hakekatnya merupakan proses pembaharuan di segala sektor kehidupan.
c. Derasnya arus informasi dan komunikasi yang dibawa oleh media massa memperlancar kontak-kontak antar kebudayaan.
d. Pertambahan penduduk yang menuntut pertambahan sarana hidup baik dalam kuantitas, kualitas, maupun variasi.

Dalam hubungan dengan masalah di atas, bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Pembangunan sistem nilai yang cocok dengan tuntutan kemajuan, harus tetap dilandasi nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila sehingga proses medernisasi di Indonesia benar-benar proses aktualisasi dari bangsa Indonesia sesuai dengan tuntutan zaman.

Timbul persoalan, bagaimana merekayasa pergeseran-pergeseran nilai dalam rangka mengaktualisasikan diri sesuai dengan tuntutan zaman sehingga bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri universal dari bangsa yang modern, tetap mempertahankan identitas kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Masalah penerapan teknologi bagi kepentingan pembangunan di Indonesia memerlukan penelaahan yang cermat dan mendalam menuju pemilihan alterantif terbaik yang dapat menghasilkan karya-karya teknologi yang tepat guna dan tepat lingkungan, berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Untuk itu penerapan teknologi komunikasi harus ditujukan bagi kepentingan umat manusia dab diabadikan bagi kepentingan pembangunan bangsa dan Negara (Harmoko, 1985). Dengan kata lain dalam era pembangunan diperlukan komunikasi yang konstektual yang disesuaikan dengan karakteristik sosial budaya masyarakat. Harmoko (1985) mengemukakan bahwa pesan yang disampaikan kepada khalayak
haruslah :
1) Membaca berita hangat yang isinya cocok dengan kepentingan mereka.
2) Menggugah hati mereka sehingga gagasan dan perasaan yang disampaikan oleh si pembawa pesan sudah seperti milik si penerima pesan sendiri.
3) Menimbulkan dorongan bertindak bagi sasaran khalayak secara spontan dan penuh kesan.
Saluran media massa pada umumnya lebih banyak digunakan untuk komunikasi informatif. Dengan saluran ini komunikator pembangunan pembangunan berusaha untuk memperkenalkan dan memberikan pengetahuan mengenai pesan-pesan pembangunan. Selanjutnya untuk perubahan perilaku, aktifitas komunikasi harus dilipatgandakan dengan menggunakan berbagai macam saluran.
Rogers dan Shoemaker (dalam Hanafi, 1987) mengatakan bahwa saluran interpersonal masih memegang peranan penting dibanding dengan media massa, terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju di mana kurang tersedianya media massa yang dapat menjangkau khalayak terutama warga pedesaan, tingginya tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan yang disampaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Lazarsfeld (dalam Susanto, 1988) mengatakan bahwa media massa hanya merupakan 1) peliput ganda pesan dan penyebar ide secara mendatar dan 2) penguat artinya hanya didengar apabila sependapat dengan pendapat komunikan.
Jadi saluran interpersonal dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behavior change) dari komunikan.
Indonesia sampai saat ini masih termasuk salah satu negara yang sedang berkembang, dimana sebagian besar penduduknya berada di pedesaan dan sekitar 50 % hidup dari hasil pertanian. Oleh sebab itu strategi komunikasi pembangunan masih dipusatkan pada daerah pedesaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Depari dan Mc Andrews (1991) bahwa sampai saat ini strategi komunikasi pembangunan masih terbatas pada siaran pedesaan, baik melalui media massa maupun pemanfaatan para petugas penyuluhan pembangunan. Oleh sebab itu perlu dipikirkan lebih lanjut, bagaimana usaha-usaha komunikasi yang ada dapat dikembangkan, terlebih-lebih menghadapi tantangan era globalisasi.
Dalam hal ini di Indonesia melalui televisi dan radio sebagai saluran media massa telah melaksanakan program acara siaran pedesaan. Demikian pula Koran masuk desa (KMD) sebagai media cetak telah disalurkan kepada masyarakat pedesaan. Sedangkan melalui saluran komunikasi interpersonal pemerintah telah menerjunkan jupen-jupen pembangunan dan penyuluh pertanian lapangan (PPL).
Pertunjukan rakyat yang mengemas pesan-pesan pembangunan pun banyakditampilkan. Kegiatan ini punya daya tarik dan kekuatan tersendiri. Susanto (1988) mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi melalui pertunjukan rakyat/tradisional di maksud untuk :
1) Memudahkan penerimaan pesan-pesan oleh masyarakat karena disajikan dalam bentuk yang santai dan mudah dipahami bentuk dan lambangnya.
2) Memancing komunikasi ke atas, yaitu pesan-pesan dari rakyat langsung kepada pemerintah dalam bentuk yang dapat diterima oleh pemerintah.
Di samping itu wadah lain yang umumnya terdapat dipedesaan yaitu kelomponcapir ; wadah yang dapat menjembatani pesan-pesan pembangunan dari media massa kepada masyarakat. Wadah ini biasanya dipimpin oleh pemukapemuka masyarakat (opinion leaders), yang biasanya memiliki ciri-ciri :
1) Lebih tinggi pendidikan formalnya dibandingkan dengan anggota masyarakatlain.
2) Lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya.
3) Lebih inovatif dalam menerima atau mengadopsi ide-ide baru.
4) Lebih tinggi kemampuan medianya.
5) Kemampuan empati mereka lebih besar.
6) Partisipasi sosial mereka lebih besar.
7) Lebih kosmopolit.
Untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, pesan harus disampaikan sedemikian rupa disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Penyajian pesan lewat sinetron yang dapat dinikmati keluarga dikala santai akan dapat menggugah kesadaran khalayak. Di samping penyajian pesan melalui media tercetak, seperti leaflet, folder, brosur, dan sebagainya, yang dibuat dengan cara yang menarik sehingga sayang untuk dibuang begitu saja.


DAFTAR PUSTAKA
Berger, Charles R, dkk, 1987, Handbook of Communication Science, The Publisher of
Professional Social Science.
Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, 1991. Peranan Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Gadjah Mada University : Yogyakarta.
Effendy, Onong Uchjana, 1987. Komunikasi dan Modernisasi, Alumni : Bandung. Hettne, Bjorn, 1982. Ironi Pembangunan di Negara Berkembang, Sinar Harapan :
Jakarta.
Harmoko, 1985. Komunikasi Sambung Rasa, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta.
Rogers, Everett M dan Shoemaker, F Floyd, 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru,
Usaha Nasional : Surabaya.
Susanto, Astrid, 1977. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta : Jakarta.
Makalah :
Malik, Dedy Djamaluddin, 1991. Komunikasi Pembangunan : Perspek-Depedensia :
Bandung.