Kamis, 10 Juni 2010

MEMBANGUN PARADIGMA BARU!!

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Pada dasarnya, setiap proses Pembangunan masyarakat mengandung tiga unsur yaitu adanya proses perubahan, Mobilissai sumber daya dan Pemgembangan Kapasitas. Dalam rangka memahami dan menjelaskan fenomena Pembanguna masyarakat tersebut dikenal adanya berbagai perspektif yang berangkat dari asumsi dan sudut padang yang berbeda. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa mengunakan penjelasan berdasarkan perspektif apapun yang namanya pembangunan masyarakat selalu mengandung ketiga usur yang disebut konsep dasar. Perbedaan ya adalah, dengan mengunakan perspektif yang berbeda akan mengakibatkan cara penjelasan yang berbeda, serta memberikan focus perhatian yang berbeda dari masing konsef dasar sehingga hasilnya pun berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam hal sumber atau factor yang mendorong faktor perubahan, misalnya mana yang ditetapkan diposisi yang dominan, sumber perubahan internal atau eksternal. Sebagai proses mobilisasi sumber daya juga dapat dilihat pandangan dan penjelasan yang berbeda, misalnya pihak mana yang diberkan kewenangan dalam pengelolahan nya diantara tiga stakeholders Pembangunan : Negara, Masyarakat atau swasta.
Dilain pihak, melihat lebih sebagai actor atau pelaku sebagai proses pembangunan itu sendiri. Perbedaan antara perspektif juga dijumpai dalam melihat unsur pengembangan kafasitas masyarakat untuk menbagunan. Pada dasarnya tujuan pembanguna adalah : Peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat, tetapi diantara perspektif yang berbeda dapat juga dimiliki rumusan yang berbeda tentang kesejahteraan masyarakat. Sebagai mana juga dalam factor yang menyebabkan tampilnya berbagai perspektif, pariasi yang ada dalam pembangunan masyarakat dapat dideskrifsikan dari berbagai criteria, antara lain dilihat dari instensitas perubaha yang diharapkan. Oleh sebab itu dalam pembahasan yang lebih lanjut tentang pariasi pendekatan dalam pembangunan masyarakat, dengan membandingkan kutub-kutub ekstrim nya. Hal tersebut disebabkan karena pada dasarnya setiap pendekatan masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemaha. Sebagi contoh dalam uraian berikut dapat ditemukan sifat – sifat dan karekteristik yang sejalan antara kutub pendekatan yang berorientasi proses, pendekatan yang memberikan toleransi pada variasi local.





Improvement vs Transformation.
Salah satu unsur yang cukup ensensial dari proses pembangunan masyarakat adalah adanya proses perubahan. Perubahan yang dimaksud dapat merupakan perubahan alami yang tumbuh dari dinamika masyarakat sendiri, dapat pula merupakan perubahan yang terencana. Walaupun pada awalnya berangkat dari pandangan yang sama yaitu bahwa perubahan yang diperlukan karena ada sesuatu kondisi yang tidak sesuai dengan harapan –harapan sehingga perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Dengan kata lain walaupun keduanya menghendaki adanya perubahan melauli proses pembanguan masyarakat, tetapi perbedaan diantara kedua kutuf pendekatan tersebut yaitu antara Improvement approach dan Tranpormation approach terlentak pada sikap nya terhadap eksistensi dari stuktur sosial yang ada. Dalam Improvement apporoach, yang dilakukan melakukan perbaikan yang bersifat tambal sulam tanpa mengubah kontruksi dasarnya. Sebaliknya dalam Tranformation approach, untuk melakukan perbaikan yang bersifat tambal sulam diangkap tidak memecahkan masalah, sehingga yang dilakukan adalah seluruh bangunan rumah dibongkar dan kemudian didirikan bangunan baru dengan desain dan kontruksi baru. Salah satu contoh Tranformation approach, program ujamaa sering disebut sabagai pernerapan system sosialisme alatanzania. Dengan demikian intervensi dari luar tidak dimaksudkan untuk merombak atau bahkan menstransformasikan system dan struktur social baru, tetapi lebih bersifat pengenalan teknologi dan cara – cara kerja baru untuk meningkatkan produktivitas, termasuk mengubah system uasaha tani yang berorientasi subsiten yang berproksi bagi pemenuhan kebutuhan sendiri menjadi sistem usaha tani yang lebih modern dan berorientasi pasar sehingga, petani dapat menjual kelebihan produksinya dalam rangka peningkatan pendapatan.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pendekatan ini pada umumnya mengandalkan pada proses inovasi pembangunan. Apabila pendekatan ini ditetapkan dalam masyarakat petani, bentuknya data berupa upaya untuk memasukan dan memperkenalkan ide baru, cara kerja baru dan teknologi baru dalam system usaha tani.
Sebagai proses inovasi, maka dalam pelaksanaannya mengenal tahap-tahap yang baku yaitu invensi, difusi inovasi dan konsekuensi. Melihat pokok – pokok pendekatan seperti itu, Improvenment approach dianggap dapat mendorong terjadinya perubahan dan pembaruan dalam masyarakat tanpa menimbulkan gejolak social yang berarti karena tidak melalui perubahan structural yang cukup drastic.
Pertama, pendekatan ini dianggap justru memperkokoh dan mengembangkan keragaman social ekonomi di daerah perdesaan yang seringkali memperlebar perbedan tigkat social ekonomi anatara petani pemilik tanah luas dan petani kecil.
Kedua, dalam pelaksanaanya, pendekatan ini jika dipandang dari kepentingan seleuruh lapisan masyaraat seringkali berlangsung dalam proses yang sangat lambat dan tidak mendatangkan hasil secara cepat, radikal dan spektakuler. Transfomation approach dapat dimanifestasikan dalam bentuk perubahan mendasar dalam system pemilikan dan penguasaan tanah misalnya melalui landreform. Disamping dalam bentuk redistribusi pemilikan dan penguasaan tanah, pelaksanaan Transformation approach juga dapat berupa usaha meracang dan membuka suatu skema permukiman yang dilengkapi dengan penyediaan lahan pertanian serta segala sarana dan prasarana bagi pengembangan system usaha tani tertentu. Bentuk program permbangunan yang terakhir ini biasa disebut dengan Land Settement Schemes ( Hardiman and Midgley, 1982 : 115 ).
Dengan bentuk – bentuk pelaksanaan Transformation approach seperti itu dianggap mempunyai beberapa keuntungan. Disamping itu, dengan kepastian kepastian pemilikan dan penguasaan tanah pertanian akan mendorong dan merangsang mereka guna melaksanakan system usaha tani secara lebih produktif. Berdasarkan motivasi itu para petani juga kan lebih memberikan tanggapan yang posotif terhadap berbagai ide baru yang diperkenalkan sebagai sarana untuk peningkatan produktivitas lahan mereka. Walaupun demikian tidak jarang dalam pelaksanaannya akan dijumoai beberapa kendala paling tidak sisebutkan tiga hal yang dapat diperhitungkan sebagai kendala tersebut. Pertama, dengan memerhatikan beberapa contoh Pelaksanaan Tranformation approach tersebut, terutama dibeberapa Negara sedang berkembang, ternyata membutuhkan biaya yang cukup besar terutama penerapannya dalam bentuk skema pemukiman yang sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana.. Kedua, pelaksanaan Tranformation approach akan berarti pula adanya perubahan struktural yang cukup mendasar dalam kehidupan masyarakat. Ketiga, perubahan system dan perubahan struktural yang terjadi melalui pendekatan ini pada dasarnya bukan perubahan yang terjadi secara lami, melaikan perubahan yang direncanakan.belum tentu perubahan system dan perubahan struktur ini secara otomatis diikuti dengan perubahan sikap dan orientasi berfikir.
Berkaitan dengan variasi pendekatan ini sumber lain ada yang mengklasifikasikannya tidak menjadi dua kutub ekstrim, tetapi menjadi tiga model. Pendekatan yang digunakan kemudian dapat dibedakan menjadi model intervensi rendah (model produktivitas), model intervensi menengah (model solidaritas) dan model intervensi tinggi ( model pemerataan) (Winarno, 2003 :21).
Model Intevensi Rendah (Model Produktivitas) adalah upaya pembangunan yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas (pertanian) tanpa memandang perlu melakukan perubahan – perubahan penting dan substansial terhadap struktur social dan pemilikan tanah. Model ini disebut sebagai Improvenment approach .
Model Intervensi Menengah (Model Solidaritas) adalah pendekatan pembangunan dengan memperkenalkan intervensi yang terbatas kepada lembaga-lambaga desa dengan perubahan yang menderat dalam system pemilikan tanah dan struktur kekuasaan desa.
Model Intervensi Tinggi ( Model Pemerataan) meripakan upaya pembangunan yag bertujuan mempersempit ketidakmerataan sosial, ekonomi dan kebudayaan serta mempersempit kegiatan-kegiatan ekonomi Penduduk desa kaya yang dapat merugikan kepentingan lapisan penduduk berpenghasilan rendah, dengan jalan melakukan perubahan dalam pola pemikilan tanah.

Proses Vs Hasil materil
Dilihat dari mekanisme perubahan dalam rangka mencapai tujuan, kegiatan pembangunan masyarakat ada yang mengutamakan dan memberikan penekanan pada bagaimana prosesnya sampai suatu hasil pembangunan dapat terwujud, dan ada pula yang lebih menekankan pada hasil material, dalam pengertian proses dan mekanisme perubahan untuk mencapai suatu hasil material tidak begitu dipersoalkan, yang penting dalam begitu relative singkat dapat dilihat hasilnya secara fisik. Pembangunan masyarakat yang mementingkan hasil material ( task conception ) lebih menekankan pada hasil nyata yang terwujud seperti rumah sakit baru, gedung sekolah baru, saluran irigasi dan sebagainya, sedangkan pembangunan masyarakat yang mementingkan proses menekankan pada tujuan yang lebih abstrak dan memberikan perhatian yang dominanpada ikatan dalam komunitas dan otonomi local untuk secara perlahan mampu merencanakan dan melaksanakan pembangunan, pendek kata mengelola pembangunandilingkungan komunitasnya secara lebih mandiri. Dengan berorientasi pada proses, maka mekanisme pembangunan masyarakat lebih bersifat mendidik karena mendorong tumbuhnya kretivitas, prakarsa, dan tanggung jawab social warga masyarakat. Sebaliknya pembangunan masyarakat yang mementingkan hasil material dianggap lebih menjanjikan perubahan-perubahan konkrit secar cepat.
Disisi lain, pendekatan yang mementingkan hasil material ini juga sering dilihat mempunyai beberapa kelemahan, terutama juga sering dilihat mempunyai beberapa kelemahan, bentuk kelemahan lain yang seringkali disebut adalah kurangnya orientasi kepada kondisi, kebutuhan dan permasalahan masyarakat sendiri.


Selfhelp vs Technocratic
Perubahan yang terjadi dalam proses pembangunan masyarakat dapat merupakan perubahan yang menggunakan kekuatan, potensi dan sumber-sumber dari masyarakat sendiri tetapi dapat pula sebagai perubahan yang didorong oleh potensi dan kekuatan dari luar. Pendekatan pembangunan masyarakat yang mengutamakan sumber, potensi dan kekuatan dari dalam biasa disebut dengan selfhelp approach, dalam jangka panjang, proses tersebut secara perlahan tetapi pasti diharapkan baik pembaruan dalam seluruh lembaga, maupun pembaruan proses dan hubungan yang terdapat dalam masyarakat, meliputi bidang ekonomi, social, politik, maupun kebudayaan.
Walau demikian pendekatan ini juga diharapkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi tidak banyak menghilangkan unsure-unsur dasar yang menjadi identitas masyarakat yang bersangkutan. Dilihat dari prospek jangka panjang, pendekatan ini juga lebih bersifat mendidik masyarakat untuk tidak banyak tergantung dari luar serta memupuk kepercayaan diri, sehingga pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan dapat lebih diharapkan. Pendekatan selfhelp yang dilakukan dengan ekstrim dan dalam pandangan sempit sering mengundang kekhawatiran akan mengisolasi lingkungan komunitas dengan masyarakat makronya. Apabila hal ini terjadi, justru dianggap menentang arus dan berlawanan dengan kecendrungan globalisasi. Dalam banyak kesempatan, intervensi dari luar dalam pendekatan ini juga dapat berupa rumusan program dan bahkan sekaligus pengelolaan dalam pelaksanaannya lengkap dengan berbagai instrument dan fasilitas pendukung serta petugas pelaksananya.
Dengan cara-cara demikian, pendekatan technocratic atau pendekatan technical assistance ini dianggap mempunyai kelebihan terutama dalam rangka proses mempercepat usaha mengejar ketinggalan khususnya dilihat dari aspek ekonomi dan peningkatan produktivitas. Disamping itu, pendekatan ini diharapkan juga memiliki keunggulan karena akan lebih cepat dapat menyambung atau bahkan mengitegrasikan lingkungan komunitas dalam system social makro yang kondisinya sudah lebih maju dan menyimpan lebih banyak peluang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila pendekatan self-help dikembangkan dengan menggunakan prinsip pembanguna yang bersifat humanis, maka pendekatan technical assistance dikembangkan melalui prinsip pembangunan yang bersifat teknokratis. ada beberapa kelemahan dalam pendekatan ini yaitu:
1. Kebutuhan dana yang cukup besar untuk pelaksanaan alih teknologi dan skill beserta instrument pendukungnya,
2. Dibutuhkan lebih banyak tenaga penyuluh dan tenaga teknis dalam pelaksanaannya,
3. Program-program yang dirancang dari atas dan dilaksanakan dalam pola hubungan vertical belum tentu relefan dengan kebutuhan dan permasalahan masyarakat yang bersangkutan,
4. Mekanisme pembangunan yang dilaksanakan melalui pendekatan ini dianggap kurang mendidik dan kurang mengembangkan prakarsa serta potensi local.

Uniformitas vs Variasi Lokal
Pada dasarnya, masyarakat dalam suatu komunitas tertentu, walaupun dapat digeneralisasi beberapa karakteristik secara umum, akakn tetapi tetap dapat dilihat variasi dan perbedaannya. Variasi yang ada dapat berupa perbedaan kondisi geografis, potensi yang dimiliki, dan perkembangan social ekonominya.sehubungan dengan hal ini, pendekatan pembangunan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, pada prinsipnya, kedua kutub pendekatan ini didasarkan pada tingkat toleransi dan kesediaan mengakomodasi variasi yang ada terutama pada tingkat masyarakat local.
Disegi lain, apabila dibandingkan dengan segi yang positif, orang akan lebih mudah dan akan lebih banyak dapat membuat daftar hal-hal yang bersifat negative dari pendekatan ini. Karena pembanguna dirancang dari pusat dan bersifat seragam, maka program-program sulit untuk dapat mengakomodasi masalah dan kebutuhan actual yang betul-betul dirasakan oleh masyarakat local, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan ini kurang aspiratif. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila masyarakat tidak merasa ikut memiliki program tersebut, hal itu disebabkan karena adanya mobilisasi, bukan partisifasi yang didorong oleh determinasi dan kesadaran.
Dilain pihak, pendekatan yang menekankan variasi local menyadari bahwa program-program pembangunan tidak dapat dilakukan secar seragam, justru karena masing-masing komunitas mempunyai kondisi dan permasalahan yang berbeda. Oleh sebab itu, pendekatan yang dilakukan sebaliknya lebih mementingkan nilai prakarsa dan perbedaan local, dalam pengertian orientasi pembanguna harus didasarkan pada aspirasi masyarakat yang berangkat dari kondisi, permasalahan dan kebutuhan yang berbeda antara lingkungan masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Berbeda dengan pendekatan yang bersifat seragam yang sering juga disebut pendekatan uniformitas, maka pendekatan yang menekankan variasi local ini bersifat adaptif, fleksibel dan melalui proses belajar (honadle and Vansant, 1985:92).
Dengan demikian juga dapat dikatakan bahwa pendekatan ini menempatkan proses belajar social sebagai salah satu andalannya. Hal ini lebih menjamin berkelanjutan dari proses pembangunan dalam komunitas yang bersangkutan dan mengurangi ketergantungan dari luar. Disamping dari sudut ini, maka sebetulnya pendekatan yang berorientasi pada variasi local ini lebih memberikan kesempatan bagi teraktualisasikannya berbagai potensi local yang seringkali cukup besar bukan saja dalam bentuk potensi alam dan potensi manusia, melainkan juga yang bersifat social. Dilihat dari kepentingan nasional secara luas, sebetulnya hal tersebut dapat juga dilihat segi positifnya. Apabila pengelolaan pembangunan pada tingkat masyarakat local sudah dapa5t berjalan dengan baik dalam pengertian lebih berkelanjutan dan mandiri, hal tersebut dapat mengurangi beban dan tanggung jawab pemerintah pusat dapat melaksanakan pembangunan.
Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya untuk diantipasi adalah bahwa kewenangan untuk mengelola pembangunan pada masyarakat local dapat terwujud apabila ada kemauan baik dari pemerintah. Hal itu dusebabkan karena pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada masyarakat local dalam mengelola pembangunan dilingkungan komunitas akan mengurangi porsi kewenangan yang ada pada pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar