Senin, 20 Juni 2011

IBU : Pelatih atau Pendidik??

Di Persimpangan Jalan,,,,,

Mungkin itu judul yang pas untuk judul tulisan kali ini, yakni mengenai betapa carut marutnya pendidikan di negeri kita ini, bagaimana tidak !,, banyak sekali alasan yang di lontarkan dan seringkali menghiasi pendengaran kita yakni,,, saya tidak mampu, saya tidak punya biaya untuk menyekolahkan anak saya, sehingga yaaa,, beginilah jadinya kehidupan kami,.

Sebenarnya kata-kata / ungkapan seperti itu tidak sepantasnya keluar, karna itu hanya menggambarkan betapa malasnya kita dalam berusaha, di sinilah sebenarnya, problem kita bersama bahwa kesadaran masyarakat kita untuk mendidik / memberi pendidikan kepada anak sangat kurang sekali, khusunya mengenai pendidikan agama (tauhid, fiqh dan akhlak). Lihat saja di sekeliling kita dalam kehidupan yang kita jalani sehari-hari, pada saat sang anak meminta uang kepada ayahnya, untuk membayar biaya belajarnya di sebuah tempat belajar / pengajian mislanya,,, sang ayah hanya mengatakan belum ada uang Naak!!! Mungkin besok atau lusa,, tapi untuk kepentingannya,, seperti rokok atau kopi misalnya,,,, stiap hari ada saja uang untuk membelinya.

Naaah,, di sinilah sebenarnya peran dari sang ibu di dalam rumah tangga,,, Ibu harus bisa dan pandai-pandai dalam mendidik anak-anaknya,,, terutama dengan pendidikan agama. Supaya sang anak merasa bahwa ia di perhatikan dan di dengar serta di ayomi,. Karana anak yang tidak mendapatkan pendidikan di Sekolah (formal) kemudian di tambah dengan tidak adanya Pendidikan di Rumah, maka sang anak akan mencari pendidikannya sendiri di Lingkungan sekitarnya,,, sehingga didikanya juga sesuai dengan lingkungan yang ia pilih tadi,,,, dan pada akhirnya masyarakat ataupun bangsa kita menjadi bangsa yang mempunyai beragam julukan (panggilan).

Bangsa koruptor, bangsa penipu, bangsa urakan, bangsa semau gue, bangsa tidak tertib..dan berbagai sebutan lain yang ditujukan pada bangsa kita sendiri yaitu Indonesia yang katanya 185 juta penduduknya beragama ISLAM !!! Bagaimana ini bisa terjadi ??!! Mengapa ?!!!

Jawabnya bisa banyak tapi...di sini penulis hanya ingin membahas salah satunya saja yaitu : Pendidikan khususnya yang dilakukan oleh para ibu...ingatlah semboyan dari orang-orang arab "Ibu adalah sekolah"!

Ibu adalah sosok perempuan yang tabah dan sabar untuk tidak pernah menurunkan dan terus menggendong anaknya hingga lebih dari sembilan bulan. ..Dia yang berani mati mengeluarkan kita dari rahimnya dengan taruhan nyawa...yang melahirkan kita semua ..Ibu adalah insan yang begitu banyak jasanya terhadap berhasilnya sang anak dalam kehidupannya tapi juga bisa sebaliknya ibu merupakan manusia yang menjadi faktor terhadap hancurnya sang anak dalam kehidupannya, karena semua itu tak lepas dari peran ibu sebagai orang tuanya...Sebagaimana yang diterangkan oleh Rasul SAW "Setiap bayi terlahir dalam keadaan fithrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya, Yahudi, Nasrani ataupun Majusi".. Hadis ini Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abi Hurairah, (Min Kunuzissunah,1430 H ; 11),

Para Ulama mengartikan Kata fitrah dalam hadis tersebut adalah rasa cinta kepada dinul Islam, menerima, dan menginginkan kebenaran, dan mengakui adanya Rabb yang merupakan bakat dari setiap anak, namun peran pendidikan orang tuanyalah yang menjadikan dia menjadi beraqidah, beribadah, berahklaq selain Islam. Sekarang coba mari kita lihat salah satu bentuk pendidikan anak yang mudah dilakukan baik orang tuanya pembantu rumah tangga, buruh pabrik, petani, pegawai kantor, pedagang, menteri, bahkan presiden...Yaitu berkisah DONGENG / HIKAYAT.

Mendongeng adalah suatu aktivitas bercerita suatu kisah entah khayal atau nyata yang biasanya diceritakan pada masa kanak-kanak. Dan biasanya cerita dongeng itu masih teringat oleh kita hingga dewasa karena di sana kita masih kecil dan minat mendengar dongeng kuat sekali alias kemampuan belajar tentang sesuatu di luar kita cukup besar.

Sebagaimana ungkapan pepatah "Belajar di waktu muda seperti menulis di atas batu sedangkan belajar di waktu tua seperti menulis di permukaan air". Tentu para pembaca yang aslinya orang Indonesia tentu rata-rata pernah mendengar kisah tentang Si Kancil alias Sang Pelanduk atau Kancil nyolong mentimun. Sekarang ada pertanyaan dari penulis untuk pembaca ..Pernahkah anda mendengar kisah akhir yang mengenaskan dari sang kancil....tentu tidak pernah alias selalu lolos dari hukuman maut atas kecerdikannya (TIPUANNYA). Oleh karena itu perlu kami tengahkan nasehat Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu semoga Allah merahmatinya tentang kisah-kisah :

"Kisah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap jiwa, maka seorang pendidik selayaknya memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaaat. dan itu banyak sekali terdapat dalam Al-Quran Al Karim dan sunnah-sunnah yang suci diantaranya:

Kisah Ashabul Kahfi (penghuni gua), bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman kepada Allah, cinta kepada tauhid dan membenci kepada kemusyrikan.

Kisah Isa alahi wasallam, bertujuan untuk menjelaskan bahwa beliau adalah hamba Allah dan bukan anak Allah sebagaimana anggapan kaum Nashrani.

Kisah Yusuf alahi wasallam., diantara tujuannya adalah untuk memperingatkan agar jangan sampai terjadi pergaulan campur aduk antara laki-laki dan perempuan, sebab akan membawa akibat yang sangat jelek.

Kisah Yunus alahi wasallam, bertujuan untuk menekankan agar selalu ber-"isti'anah" (meminta pertolongan). Hanya kepada Allah saja lebih-lebih ketika ditimpa musibah.

Kisah orang-orang yang terperangkap dalam gua. yaitu kisah yang diceritakan oleh Nabi sallallahu'alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada para sahabatnya tentang bertawassul kepada Allah dengan amal-amal sholeh seperti ridho kepada orang tua, memenuhi hak-hak pemiliknya, dan meninggalkan zina karena takut karena Allah.

Dan sunnah nabawiyah penuh dengan kisah-kisah yang bermanfaaat.

Singkat kata : hendaknya semua pengajar/guru/murrabi/tgk/ibu memperbanyak kisah-kisah yang bermanfaat kepada anak didiknya, sebab kisah-kisah ini merupakan pembantu terbaik bagi pembinaan generasi. Disamping itu, hendaknya mereka harus berhati-hati, jangan sampai membawakan kisah-kisah jelek yang akan mendorong anak-anak didik mengambil pengalaman untuk melakukan pencurian, tindakan-tindakan keji, dan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku.

Sekarang coba kita renungkan bagaimanakah kalau kisah seperti Teletubies yang tokoh-tokohnya tidak jelas karakter wanita- prianya juga pembimbingnya bukan bapak ibu tapi dewa matahari(si bayi) dan si penyedot debu ... Sinchan dengan gaya tololnya dan kesukaan pada hal 'ngeres'/porno apalagi bapak dan ibunya yang kejam....Power Rangers, Ksatria Baja Hitam, dan semacamnya yang menggambarkan bahwa segala permasalahan hanya bisa dipecahkan dengan kekerasan/perkelahian...Doraemon dan tokoh-tokohnya yang pemalas (si Nobita), kejam(si Giant), licik dan sombong(si Tsuneo), penolong bak Dewa Serba Bisa(si Doraemon)..Tom & Jery, Donal Bebek dan semacamnya dikisahkan pada anak-anak..yang penuh adegan kekerasan dan penipuan untuk menghancurkan musuh di ajarakan pada anak didik kita..BAGAIMANAKAH NASIB GENERASI PENGGEMAR KISAH-KISAH INI !!!. kita dapa melihatnya sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari apa yang terjadi, yang selalu menghiasi media-media pemberitaan baik itu dari Koran, Televisi dan sebagainya,,,,,

"orang tua seharusnya memberikan kail, kepada anaknya, bukan ikan,"
waallahu a'lam..
Kuede Kopi, 19 Rajab 1432.

Sumber :

Muhammad Ali ash-shabuni, 1420 H, Min Kunuzi sunnah, dirasah adabiyah wa lughawiyah, Cet ke -3.

Muhammad bin Jamil Zainu, 1418 H. Petunjuk Praktis bagi Pendidik Muslim ed 1, Istiqomah, Itiqomah, Solo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar