(Part I)
Pagi ini,
mentari bersinar dengan sinar yang hangat, sembari hawa sejuk di pagi hari yang
menyelimuti badan. Tak bosan rasanya hidung ini menghirup udara yang begitu
sejuk, menarik nafas, menghirup udara pagi yang sejuk, menahannya sejenak
dengan memejamkan mata, merasakan udara masuk melalui rongga hidung kemuidan ke
dalam dada, hhmmmmm sangat indah terasa. Segar, membuat bibir merekah senyum
bahagia, oooh tuhan sungguh luar biasa nikmat yang telah Engkau berikan kepada
kami (berkata dalam hati).
Sambil terus
mendayung sepeda, menikmati udara nan sejuk dengan mentari yang mulai meninggi.
Tak terasa beberapa tempat telah terlewati. Dan akhirnya aku memutuskan untuk
rehat sejenak disebuah lapangan. Banyak anak-anak yang sedang bermain,
bersepeda, dan sekedar duduk bersenda gurau dengan temannya dilapangan,
sesekali juga tampak raut wajah mereka bahagia, takut dan sedikit palak sambil
tersenyum memukul temannya yang membuat kesal. Hehehe.... bibir ini tanpa sadar
juga ikut tersenyum merasakan apa yang dilihat oleh mata ttg apa yang mereka
(anak-anak) lakukan.
Lalu aku
berjalan sambil menuntun sepedaku mengitari lapangan, aku mendapatkan seorang
anak yang sedang duduk termenung. Namun sorot matanya yang tak kosong akhirnya
menghentikan langkahku untuk duduk dan mencoba untuk menyapanya. Aku bertanya :
sedang apa adik? Ia menjawab dengan cueknya : lagi bengong bg, hehehe,, aku
hanya bisa tertawa mendengarkan jawaban anak tersebut.
Lalu kembali ku
bertanya. Apa yang lagi dibengongin? Atau jangan-jangan lagi mengahayal nii?
Ahhaaaha..... dengan sdikit tawa di ujung pertanyaanku,,, jawaban anak ini yang
membuatku terperanjat, kagum, dan hampir–hampir,,, hampir meneteskan air mata
juga,,,,, (haru biru).
Anak itu
menjawab : disini aku melihat banyak teman, tapi aku tak merasa punya teman,
dari tadi aku duduk disini dan ga da
seorang pun yang mendatangi ku dan mengajakku bermain bersama atau sekedar
bercerita. Dalam lamunanku aku teringat nasehat ayah kepadaku saat ia sedang terbaring
lemah di tempat tidur, “Jadikanlah qur’an sebagai temanmu, niscaya kamu g kan
kesepian naak”. (sembari anak itu menirukan gaya ayahnya menasehati). Saat
mendengar nasehat itu aku hanya tersenyum dan menjawab, “iya yah”, dan bodohnya
aku yang menunda-nunda untuk bertanya pada ayah, sehingga aku g sempat lagi
untuk bertanya, mengenai bagaimana caranya menjadikan qur’an sebagai teman.
Karna keesokan harinya ayahku telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Aku
menjerit,,,, berteriak..menangis...tapi apa boleh buat semua sudah terjadi. Dan
itu semua sudah takdirNya.
Aku sangat
merindukannya,, ia yang selalu memberiku nasehat. Namun sayang, g pernah ku dengarkan apalagi kulakukan
nasehatnya. Sebenarnya aku pengen melakukan semua nasehatnya dan menjadi
seperti saudara-saudaraku yang lain, yang mereka bisa hafal qur’an.
Mendengar
pernyataannya yang terkahir “sebenarnya aku pengen seperti saudara-saudaraku
yang lain, yang mereka bisa hafal qur’an”. Yok kita pause dulu cerita anak tadi
ya,, hehehe g pa-pa kan,,, hehehehe,,,,cba jawab pertanyaan ini, siapa di antara pembaca yang pengen bisa hafal
qur’an komplit 30 juz? Kenapa pengen? Pasti jawabannya, yaa kalau bisa hafal
qur’an, ntar kan dapat pahala dan balasan yang sangat mulia baik di dunia
maupun di akhirat kelak, punya teman akrab dalam kubur, bisa dapat syafa’at dihari
kiamat, bisa dapat mahkota kemuliaan dan kedudukan yang tinggi di SyurgaNya,
hmm,,, dan beragam balasan serta pahala yang sangat berlimpah tentunya.
Lalu coba
jawab pertanyaan ini, siapa di antara pembaca yang sudah hafal 30 juz?,
hehehehee kenapa pada senyum-senyum, hehe boro-boro 30 juz, juz 30 aja belum
habis-habis yaa, hehehe,,ya sama, saya juga. Hiihihihi (tertawa malu). Yaaa,,,
sekalipun kita tau, bahwa ada pahala dan balasan yang sangat luar biasa, namun
kita masih saja “kurang” begitu peduli. Lalu kenapa sampai sekarang kita belum
bisa hafal qur’an komplit (30 Juz)?
Heheheh naaahlooo,,,
jawabnnya pasti beragam. Pasti ada yang jawab,, maklum,,, banyak kesibukan,
banyak x tugas belajar, kerja, belum lagi ngurus anak, suami dan keluarga, atau
mungkin ada juga yang “mencela” orangtuanya karena dulu orang tuanya g
mengikutsertakan kita untuk belajar hafal qur’an. Jadi uda tua gini ya susah
untuk hafal. atau ada juga yang ‘mencela” sistem sekolah yang g memotivasi
siswanya untuk hafal qur’an kecuali hanya beberapa ayat atau surat saja. Atau
ada juga yang “mencela” adduuuchh,, daya ingat dan konsentrasiku lemah,,, atau
ada juga yang beralasan aku belum siap, ntar buat dosa lagi, jadi lupa dech.
Hehehe...
beragam jawaban tadi pasti muncul ketika dilontarkan pertanyaan kenapa sampai
sekarang kita belum bisa hafal qur’an? Jawaban –jawaban lain akan muncul dengan
beragam alasan yang bisa jadi panjang untuk di jabarakan ditulisan ini.
Tapi,,,sebenarnya alasan-alasan itu adalah alasan-alasan yang sangat sepele, ya
sangat sepele, karena semua alasan itu bukan penyebab utama yang menyebabkan
kita g bisa hafal qur’an. Ya g?
Mau tau apa
sebab yang sebenarnya? Hanya satu kata, Malas? Bukan malas, penyebab yang
menyebabkan kita g hafal qur’an hanya satu kata yaitu IBLIS, hehehehe benerkan?
Yaa ahahaha yg jawab bener berarti ketauan, mencari “kambing hitam” ahahaha....
:p kita lanjut pada tulisan berikutnya ya,,,,
Wassalam...
Asam peutik, 10 Januari 2016
10.30 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar