Selasa, 12 Januari 2016

Mengapa Kita Belum Bisa Menghafal Al-Qur’an?



 (Part II)
Malas? Bukan malas, penyebab yang menyebabkan kita g hafal qur’an hanya satu kata yaitu IBLIS, hehehehe benerkan? Yeaa yg jawab bener berarti ketauan tu, mencari “kambing hitam” ahahaha..... Iblis,,, ya iblis..
Siapa itu iblis?
Iblis, smoga Allah melaknatnya, ia yang telah berhasil memalingkan kita dengan keberhasilan yang sangat luar biasa, ia sukses menjauhkan kita dari Kalam Pencipta, ia berhasil membuat sebagian besar umat Islam g baca qur’an melainkan hanya waktu ramadhan tiba. Setiap kali kita berkeinginan dan akan membuka serta membaca qur’an, iblis mengingatkan kita pada pekerjaan yang belum siap. Mengingatkan pada keluarga, dengan istri, dengan suami, dengan gaji, dengan pesanan, dengan dagangan, dengan pesan (SMS, Whatshap, Line, BBM yang baru masuk), dengan makan siang, makan malam, ahahaha. Sungguh sangat sukses si Iblis menggoda dan menjauhkan kita dengan Kalam sang Pencipta, jika kita membacanya, kadang kita tidak memahaminya, jika kita memahaminya kadang kita g merenunginya.
Iblis sangat pandai dan telah berhasil membuat kita mampu beralasan dengan alasan yang telah kita sebutkan sebelumnya, tapi kenapa? Kenapa iblis menjerumuskan dan melalaikan manusia dari membuktikan dan melakukan keinginan baiknya. Cieeee,, ahahaha biasa ja luuu,,, jgn lebai kali,,, maklum laaa... over... hhahaha yaa... Mungkin jawaban yang sering kita dengar dan baca di banyak media masa, jawaban dari pertanyaan tersebut sangatlah sederhana, yakni dengan kembali bertanya, siapa musuh pertama manusia? Jawabanya adalah Iblis. Apa Tujuannya? Memasukan smua manusia ke dalam Neraka. Sampai-sampai iblin pun bersumpah “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka smuanya, (Q.S.Shad : 82).
Gimana cara iblis merealisaikan tujuannya? Caranya hanya satu, membuat manusia lupa, ya lupa,, lupa pada siapa? Lupa pada harta, keluarga, anak, istri, suami, pekerjaan? Bukan, bukan itu, ia membuat kita lupa pada Sang pencipta, maka strateginya ia mencabut zikir (mengingat) kepada Pencipta dari jiwa jiwa kita., dari hati kita, dari hidup kita, dari tiap jam dalam hidup kikta. Lalu apa kaitannya dengan qur’an? Ya karena Qur’an adalah kalamullah, dan qur’an adalah zikir yang paling agung. Bagiamana iblis membuat kita lupa dari mengingat Pencipta? Caranya hanya satu, yaitu mendatangkan was-was, ya perasaan was-was. Hahahaha.... peranah merasakan ?? sering? Wuaah,,,, gede bener iblisnya yooo hahaha,,,,, yups... Kita di buat was-was, khawatir, sehingga kita menomor duakan qur’an. Dan mengmabilnya ketika kita dalam himpitan.
Lalu gimana solusinya supaya kita bisa keluar dari penyakit was-was? G perlu di kasi tau juga uda tau,, hehehe yaaa.... solusi dan obat yang tepat keliar dari was-was adalah qur’an. Kita sadar akan hal itu, kita tau akan hal itu, namun berapa banyak dari kita yang melakukan dari apa yang kita tau? Melakukan dari apa yang kita paham? Hemmm,,,, sangat sedikit.
Kebanyakan dari kita banyak yang melakukan sesuatu hanya karena nafsu, yaa,, dorongan nafsu sesaat yang membuat kita nikmat dan melupakan hakikat. Kemudian menyesali, berjanji tak kan mengulangi, namun setelah beberapa hari berlalu kita kembali lalai, dan lupa dengan janji kita pada diri kita sendiri. Tanpa kita sadar, kita juga telah menjadikannya (iblis) sebagai teman akrab kita, dalam keseharian kita, ya,,, sadar maupun g sadar, iblis telah kita jadikan sebagai teman, bahakan cara-caranya juga telah banyak kita praktikkan dengan “bungkus” yang beragam modelnya.
Lalu apa solusinya? Solusinya ya qur’an,,, hahaha lagi lagi kembali ke qur’an,, g puas? Mau jawaban lain? Coba jawab pertanyaan ini. Mau pilih qur’an atau setan(yg melalaikan) menjadi teman? Apakah sekarang kita sudah tau kenapa iblis g pernah meninggalkan kita walau sejenak bersama qur’an? Apa sekarang kita uda tau apa penyebab di balik kita meninggalkan qur’an? Apa sekarang kita sudah sadar kenapa kita g bisa hafal qur’an?
Ya bukan maksud hati mau mengkambing hitamkan si kambing yang sudah hitam ya,,, ahahaha tapi memang iya kan?? Iblis telah membuat kita sibuk dengan dunia, membuat kita lalai dengan perhiasannya sehingga rasa itu masuk ke dalam dada, ke dalam hati kita. Yang pada akhirnya kita lupa untuk menyiapkan bekal akhirat, lupa untuk berinvestasi untuk kehidupan yang abadi. Kalau kita uda tau, mari,,, maka marilah berlindung kepada Allah dari Iblis yang berita tentang pelaknatannya telah kita ketahui semenjak kita duduk di bangku sekolah dasar, namun pada bangku sekolah menengah dan atas, kenapa kita lupa pelajaran itu? apalagi ketika sudah dibangku kuliah dan pernikahan,, hehehmmmm.... berusaha dan serahkan usaha itu pada yang maha mengetahui segala urusan ya, dan mendekati qur’an dengan segenap kecintaan dan kerinduan pastinya.
Namun pasti masih ada yang kurang puas yaaa, kox iblis yang di jadikan kambing hitam tentang kegagalan kita g bisa membaca dan menikmati qur’an apalagi mengahafal dan mengamalkannya.. tentu, dan pasti ada sebab lain, ya memang, tapi sebab utamanya kita harus tahu dulu,, uda tau kaan,,, nanti kita lanjut pada tulisan berikutnya yaa,,,,, belum bosankan? ku harap pembaca g bosan  hehe.. c u

Wasssalam
Asam peutik, 11 januari 2016
22. 30 wib.



Minggu, 10 Januari 2016

PERANAN SUMBER DAYA ALAM, PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN TANTANGAN MASA DEPAN

PERANAN SUMBER DAYA ALAM, PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAN TANTANGAN MASA DEPAN

BAB I. PENDAHULUAN .
Pertanyaan yang selalu menggoda kita adalah sejauh manakah kemampuan daya dukung sekarang? Sanggupkah ia menopang generasi yang akan datang?. Pertanyaan ini perlu diajukan oleh karena masa depan lingkungan tidak bisa dilepaskan dari keadaan lingkungan masa kini bahkan masa lalu. Jawaban atas baik buruknya lingkungan dimasa depan bergantung pada usaha-usaha generasi sekarang dalam mengelola sumber daya alam. Jangan harap akan tercipta ataupun tersisa lingkungan masa depan yang serasi apabila sekarang kehilangan kearifan dalam mengolah sumber daya.
Jadi, makna tanggapan masa depan disana bukanlah berarti masalahnya harus dihadapi generasi masa datang nanti melainkan menjadi tanggung jawab terutama generasi masa kini. Pembangunan berkelanjutan adalah terpenuhinya kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kesempatan generasi masa depan menikmati sumber daya alam dalam kondisi yang tak kalah baiknya dari generasi sebelumnya. Dengan perkataan lain, dalam konsep pembangunan berkelanjutan "Secara inherent" sudah memuat soal tantangan itu dan tanggung jawabnya sekaligus.
Kita ketahui bersama sejumlah sumber daya alam sudah mulai menipis, terutama sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak bumi dan bahan mineral lainnya, generasi yang akan datang kemungkinan tidak akan bisa menikmati sumber daya alam sejenis itu apabila dari mulai sekarang efisiensi kurang apalagi tidak ditempuh sama sekali.
Tidaklah salah kalau pepatah mengatakan bahwa bumi ini bukanlah warisan dari nenek moyang, tetapi titipan anak cucu kita. Apabila generasi sekarang tidak mampu mencegah terjadinya lubang lapisan ozon yang semakin meluas serta mengendalikan pemanasan global ditambah lagi tidak dapat mengurangi penyusutan keaneka ragaman hayati, akibat ulah tangan manusia dulu dan sekarang, boleh jadi generasi masa datang hanya menemukan bumi yang kering kerontang, bahkan tidak dapat hidup sama sekali.
Sumber daya dalam pengertian ekonomi adalah suatu "input" dalam suatu proses produksi. Defenisi lain dikatakan sumber alam adalah unsur-unsur lingkungan alam, baik fisik maupun hayati, yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya.

II. SUMBER DAYA ALAM.
Sumber daya yang menjadi kendala tersebut secara umum bisa dikategorikan kedalam sumter daya lahan, manusia, modal, teknologi, informasi dan energi. Sumter daya ini tidak lain merupakan faktor produksi atau masukan dalam suatu proses produksi. Jika faktor tenaga kerja, modal, informasi dan teknologi berasal dari manusia, maka yang merupakan pemberian alam adalah sumber daya dan energi.
Salah satu kelemahan dari pengelolaan sumber daya alam dinegara-negara berkembang barangkali adalah usaha mengejar pertumbuhan ekonomi dengan cara menguras secara besar-besaran dari sumber daya alamnya tanpa memperhatikan akibat sampingan. Akibatnya mereka harus membayar mahal dengan semakin rusaknya lingkungan. Misalnya untuk membuat tambang suatu sumber daya alam yang berada di hutan, banyak hutan dan susunan tanahnya menjadi rusak akibat dipangkasnya tanah yang menutupi bahan tambang dan setelah itu hasil tambangnya diambil lokasi tempat penebangan tadi sampai berhektar-hektar dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi.
Dalam pembangunan memang selalu timbul apa yang disebut dengan "Backwash effect" dimana akibatnya dari adanya pembangunan pada suatu tempat akan terjadi akibat negatif, tapi dalam hal ini usaha kita adalah meminimalkan efek negative tersebut. Dibangunnya waduk-waduk juga dapat menimbulkan efek yang negative misalnya dalam bidang kesehatan dapat meledaknya jumlah hewan tempat hidup dari penyebab penyakit yang kita kenal dengan penyakit Schistomiasis, dimana cacing-cacing ini bertambah penyebarannya dengan bertambahnya populasi dari siput-siput.
Demikian juga pembangunan beberapa industri dapat menyebabkan tercemarnya air dari suatu danau atau sungai sehingga masyarakat yang selama ini tidak pernah banjir oleh karena adanya pembangunan didaerah tangkapan air (catcment area) maka daerah lain yang tadinya tidak kekurangan air menjadi kekurangan air.
Sejarah menunjukkan masyarakat bisa mencapai kemakmuran karena hasil manfaat dari sumber daya yang dimiliki. Simon Kuznets (1955) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sayangnya dibatasi oleh kekurangan absolut dari sumber daya alam Namun tidak dapat disangkal, bahwa dengan adanya suatu pembangunan juga dapat memberikan peluang-peluang bagi berbagai usaha dan dapat membantu meningkatnya kesejahteraan masyarakat seperti yang kita harapkan bersama. Sebagai contoh yang sederhana dengan adanya suatu pembangunan satu tempat pemukiman disatu daerah maka akan kita peroleh efek yang berganda yang kita kenal dengan "Spread effect ". Dimulainya dari pembebasan tanah yang pada mulanya nilainya rendah tetapi dengan adanya rencana pembangunan tempat pemukiman disitu nilai tanah menjadi tinggi, kemudian dengan mulai pembangunan maka terseraplah kesempatan kerja bagi para pencari kerja baik kerja kasar maupun pekerja yang mempunyai ketrampilan khusus, disamping itu karena rumah-rumah ini dari tingkat sangat sederhana sampai yang mewah tentunya memerlukan bahan-bahan perlengkapan untuk menyiapkan rumah tadi sehingga berbagai pengusaha-pengusaha berkompetisi dalam memasok produk-produknya.
Dengan adanya pembangunan ini tidak dapat dielakkan lagi tentunya terjadi pengurasan sumber daya alam mulai dari yang berada disungai-sungai seperti, batubatuan. maupun dari industri-industri seperti semen dan dari hutan dengan hasilnya kayu, sebagai barang olahannya tentunya semua memerlukan pengendalian agar sumber daya alam tadi dapat juga lestari, disamping itu, juga dalam pemanfaatannya diperlukan penghematan dan tidak menimbulkan limbah yang siasia. Dari limbah-limbah tadi misalnya kayu-kayu potongan tadi dapat dipergunakan untuk keperluan-keperluan lain sehingga biaya produksinya pun dapat dikurangi seperti yang diharapkan oleh "Green Hanufacturing".
Disamping itu "Green Hanufacturing" juga mengarahkan agar kegiatan dalam industri yang lain juga dapat mengurangi terjadinya limbah yang tidak terpakai yaitu dengan merekayasa suatu barang dengan cara membuat komponen-komponen tertentu yang dapat menggantikan suatu komponen lain yang telah rusak, jadi suatu unit barang tidak akan menjadi limbah tetapi dengan mengganti sebagian komponennya sudah dapat dipergunakan lagi, Kita juga harus mengingat kembali bahwa adanya keterbatasan dari sumber daya ini, misalnya dalam berproduksi yang kita kenal dengan adanya satu hukum populer disebut "The Law of Diminshing Return" yang mengatakan bahwa tambahan hasil produksi dari tambahan masukan pada akhirnya akan menurun. Hal ini disebabkan kenyataan bahwa sebagian dari masukan seperti tanah sifatnya adalah tetap atau konstan. Secara tehnis, sama saja dengan menyatakan bahwa produk marjinal dari faktor yang bervariasi akan menurun sesudah titik tertentu.
Sebagai suatu contoh, pendapatnya yang pertama kali dikemukakan oleh Thomas Halthus bahwa kecendrungan alamiah dari penduduk adalah bertambah menurut deret ukur (1,2,4,6,8...) sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung (1,2,3, ...) dengan berjalannya waktu. produksi pangan perkapita akan menurun dan akhirnya menjadi kendala pada pertambahan penduduk berikutnya. Bertambahnya penduduk yang bekerja disebidang tanah yang terbatas akan menurunkan hasil produksi dan pendapatan perkapita sampai kebatas yang hanya cukup untuk sekadar dapat hidup.

HUKUM HASIL LEBIH YANG MAKIN BERKURANG
...........

Dilihat disatu pihak karena lahan terbatas ataupun tidak subur lalu disuburkan dan berproduksi tetapi di lain pihak masyarakat negara lain yang menjadi pangsa pasar kita itu tidak mau menerimanya.
Usaha diversifikasi, selain merupakan salah satu cara untuk menaikkan pendapatan petani juga diarahkan untuk memperluas sumber devisa, yaitu apabila hasil pertanian yang beragam itu bisa di eksport. Selain hal ini bergantung pada teknologi pasca panen yang oleh Presiden disebut sebagai "Masih merupakan tantangan dan menanti jawaban kita setepat-tepatnya ", juga berkaitan dengan masalah teknologi pengelohan hasil-hasil pertanian yang merupakan tantangan yang lebih besar lagi. Salah satu tujuan yang berkaitan dengan peranan strategis sector pertanian adalah penyediaan bahan baku sebagai salah satu basis industrialisasi khususnya dalam pengolahan hasil-hasil pertanian.
Usaha diversifikasi dan penanganan masalah pasca panen tersebut diatas memerlukan pemikiran untuk menciptakan sistem "Agribisnis" yang memerlukan paket kebijaksanan yang berbeda. Dengan sistem agribisnis dimaksudkan untuk mencapai dua tujuan yaitu menghasilkan bahan pertanian sampai ke pasar, termasuk penanganan masalah pasca panen. Kedua, menghasilkan salah satu factor produksi bagi sektor industri. Jadi dengan menciptakan dan membangun pabrikpabrik dan industri-industri untuk pengolahan hasil pertanian tadi. Para petani juga akan bertambah kesejahteraannya, walaupun untuk membangun baik agribisnis sampai dengan "Agro Industri" memerlukan modal, teknologi dan informasi dan tenaga kerja yang banyak. Hal ini dapat dengan memperoleh yaitu mengirimkan tenaga kenegara yang lebih maju agribisnis dan agroindustrinya.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mencapai peningkatan penyediaan pangan atau kebutuhan pokok lain yaitu:
1. Kegiatan yang berorientasi pada perluasan areal panen atau lebih baik dikenal dengan program "ekstensifikasi" dengan jalan membuka dan mengusahakan areal-areal baru yang selama ini dibiarkan tidak produktif.
2. Melalui program peningkatan hasil persatuan luas atau dikenal dengan program "intensifikasi ".
3. Mencari kemungkinan sumber-sumber pangan baru yang dapat dimanfaatkan.
Dua cara yang pertama merupakan topik yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumber daya lahan, dalam upaya peningkatan produksi pangan melalui penggunaan lahan yang terencana dengan baik serta rasional.
Sedangkan cara ketiga adalah merupakan eksplorasi terhadap sumber-sumber pangan dan kebutuhan pokok lainnya yang selama ini belum dimanfaatkan serta penggunaan teknologi tinggi dan informasi. Misalnya bioteknologi dalam menghasilkan sumber-sumber pangan baru dan kebutuhan pokok lainnya.
Daerah yang subur untuk pertanian dapat dikatakan sudah hampir seluruhnya digarap dan diusahakan sehingga yang tersisa umumnya merupakan daerah yang relatif kurang subur. Akibat dari ini tentu harga produksi yang dihasilkan menjadi tinggi, sebagai akibat dari tingginya biaya sarana produksi yang diperlukan (misalnya untuk kapur, pupuk insektisida ataupun pestisida). Tetapi dari akibat diatas tadi muncul suatu dilema dimana hasil yang menggunakan bahan-bahan tadi tidak disukai oleh masyarakat yang telah mulai melaksanakan apa yang disebut dengan Green Consumer", dimana mereka tidak mau mengkonsumsikan bahan-bahan hasil produksi pertanian yang nyata sesudah diperiksa banyak mengandung zat-zat kimia yang telah dipergunakan untuk menaikan produksi tadi.

III. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.
Pembangunan berkelanjutan ini tentunya tidak terlepas dari ekonomi pembangunan yang dapat diartikan sebagai bagian dari Ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana usaha manusia atau suatu bangsa meningkatkan taraf hidupnya melalui peningkatan pendapatan Nasional perkapita, retribusi pendapatan serta menghapuskan kemiskinan. Sedangkan yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha bagaimana manusia atau suatu bangsa berusaha meningkatkan standar hidupnya ketaraf yang lebih baik dengan distribusi pendapatan yang lebih merata tanpa kemiskinan dan kebodohan bagi bangsa tersebut. Keberlanjutan pembangunan dapat didefinisikan dalam arti luas yaitu bahwa generasi yang akan datang harus berada dalam posisi yang tidak lebih buruk daripada generasi sekarang. Generasi sekarang boleh memiliki sumber daya alam serta melakukan berbagai pilihan dalam penggunaannya namun harus tetap menjaga keberadaannya, sedangkan generasi yang akan datang walaupun memiliki tingkat teknologi dan pengetahuan yang lebih baik serta persediaan kapital buatan manusia yang lebih memadai. Jadi yang pending dalam konsep ini adalah bahwa generasi sekarang maupun generasi akan datang tetap dalam keadaan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat diambil suatu kesimpulan pembangunan berkelanjutan bila tidak ada masalah ketidak merataan antar generasi (intergenerational inequality).

Pembangunan berkelanjutan tidak berarti pembangunan di bidang ekonomi saja tetapi seperti yang telah dicantumkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara pembangunan ekonomi harus didahulukan dengan asumsi bahwa keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi akan membawa berbagai kemudahan dalam pembangunan bidang-bidang lain. Dari uraian diatas tampak adanya konflik antara keberlanjutan pembangunan ekonomi dengan sumber daya, karena apa yang diperoleh oleh generasi muda akan datang adalah merupakan titipan dari generasi masa kini, jadi tanpa ada pengelolaan yang baik dapat kita bayangkan apa yang diutarakan oleh defenisi diatas tadi untuk meniadakan masalah ketidak merataan antar generasi tadi tidak akan terpenuhi. Namun bila keterkaitan antara kedua bidang tersebut diamati dan dipelajari dengan seksama, maka akan tampak bahwa keberlanjutan di kedua bidang itu akan saling mendukung dan menguntungkan. Pembangunan ekonomi berhasil berarti meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melindungi lingkungannya.

IV. PENUTUP
Pentingya peranan sumber daya alam dalam pembangunan berkelanjutan, tanpa menghindari kepunahan dari sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan dan pengendalian melalui berbagai usaha antara lain:
a. Pengambilan sumber daya alam tidak boleh melebihi tingkat pertumbuhan.
b. Kapasitas lingkungan dalam menyerap pencemaran tidak boleh berkurang.
c. Melestarikan fungsi lingkungan baik sebagai sumber bahan mentah maupun sebagai penampung limbah.
d. Menyatukan pemikiran ekonomi dengan ekologi.
e. Peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya lingkungan ditingkatkan melalui penyuluhan-penyuluhan.

BAHAN BACAAN
1. Reksodiprodjo, Sukamto, Pradono , Ekologi Sumber Daya Alam dan Energi, 1968, BPFE, Yogyakarta.
2. Suparmoko. M., Ekologi Sumber Daya Alam dan Lingkungan., 1994, BPFE, Yogyakarta.
3. Rahardjo Dawam, Perekonomian Indonesia.
4. Warta Kependudukan dan Lingkungan Hidup 1992, No.24 , Proyek Pengembangan Informasi dan Kependudukan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
5. Bahan Kursus Kependudukan dan Lingkungan Hidup Tingkat Nasional, 14-19 Desember 1992. Surabaya.

MAQAM-MAQAM DALAM TASAWUF

BAB I
PENDAHULUAN

Yang dimaksud dengan tingkatan (maqam) oleh para sufi ialah tingkatan seorang hamba di hadapan-Nya. Dalam hal ibadah dan latihan-latihan (riwadhah) jiwa yang dilakukannya.
Di sampan istilah maqam, terdapat pula istilah hal. Istilah hal yang dimaksud di sini adalah keadaan atau kondisi psikologis ketika seorang sufi mencapai maqam tertentu. Menurut Al-Thusi, keadaan (hal) tidak termasuk usaha latihan-latihan rohaniyah (jalan). Di antara contoh hal (keadaan) adalah keputusan diri (muraqabah), kehampiran atau kedekatan (qarb), cinta (hubb), takut (khauf), harap (raja), rindu (syauq), intim (uns), tentram (thuma nibah), penyaksian (musyahadah), dan yakin. Sementara hal dapat diperoleh tanpa sengaja. Mengapa hal ini, konon Al- Qusyari, dalam kitabnya Ar-Risalah Al-Qusyairiyah, berkata, Hal adalah maknayang datang pada kalbu dengan cara disengaja. Hal diperoleh tanpa daya dan upaya, baik dengan menari, bersedih hati, bersenang-senang, rasa terceka, rasa rindu, rasa gelisah, atau rasa harap.
Namun, perlu dicatat, maqam dan hal tidak dapat dipisahkan. Keduanya ibarat dua sisi dalam satu mata uang. Keterkaitan antar keduanya dapat dilihat dalam kenyataan bahwa menjadi prasyarat menuju Tuhan : dan dalam maqam akan ditemukan kehadiran hal. Hal yang telah ditemukan dalam maqam akan mengantarkan seorang untuk mendaki maqam-maqam selanjutnya.
Sekedar contoh, seorang yang tegah berada dalam maqam tobat akan menemukan hal (perasaan) betapa indahnya bertobat dan betapa nikmatnya menyadari dosa-dosa di hadapan Tuhan. Perasaan ini akan menjadi benteng kuat tidak mengerjakan kembali dosa yang pernah dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

Kerangka Berpikir Irfani Dasar-dasar Falsafi Ahwal dan Maqamah
A. MAQAM-MAQAM DALAM TASAWUF
1. Taubat
Kebanyakan sufi menjadikan tobat sebagai perhatian awal di jalan menuju Allah. Pada tingkat terendah, tobat menyangkut dosa yang dilakukan jasad atau anggota-anggota badan. Sedangkan pada tingkat menegah, di samping menyangkut dosa yang dilakukan jasad, tobat menyangkut pula pangkal dosa-dosa, seperti dengki, sombong, dan riya. Pada tingkat yang lebih tinggi, tobat menyangkut usaha menjauhkan bujukan setan dan menyadarkan jiwa akan rasa bersalah. Pada tingkat terakhir, tobat penyesalan atas kelengahan pikiran dalam mengingat Allah. Tobat pada tingkat ini adalah penolakan terhadap segala sesuatu selain yang dapat memalingkan dari jalan Allah
2. Zuhud
Dilihat dari maksudnya, zuhud terbagi menjadi tiga tingkatan. Pertama (terendah), menjalankan dunia ini agar terhindar dari hukum di akhirat. Kedua dunia dengan menimbang imbalan di akhirat. Ketiga (tertinggi), menguncilkan dunia bukan karena takut atau karena berharap, tetapi karena cinta kepada Allah belaka. Orang yang berada pada tingkat tertinggi ini akan memandang segala sesuatu, kecuali Allah, tidak mempunyai arti apa-apa.
3. Faqr (fakir)
Faqr dapat berarti sebagai kekurangan harta dalam menjalani kehidupan di dunia. Sikap faqr penting dimiliki oleh orang yang berjalan menuju Allah, karena kekayaan atau kebanyakan harta kurangnya membuat jiwa tertambat pada selain Allah.
4. Sabar
Sabar menurut Al-Ghazali, jika dipandang sebagai pengekangan tuntutan nafsu dan amarah, dinamakan sebagai kesabaran jiwa (ashshabran-nafs), sedangkan menahan terhadap penyakit fisik, disebut sebagai sabar badani (ash-shabr al-badani). Kesabaran jiwa sangat dibituhkan dalam berbagai aspek. Misalnya, untuk menahan nafsu makan dan seks yang berlebihan.
5. Syukur
Syukur diperlukan karena semua yanh kita lakukan dan miliki di dunia adalah berkat karunia Allah. Allah-lah yang telah memberikan nikmat kepada kita, baik berupa pendengaran penglihatan, kesehatan, keamanan maupun nikmat-nikmat lainya yang tidak terhitung jumlahnya.
6. Rela (Rida)
Rida berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang dianugrahkan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya. Bahkan, ia mampu melihat keagungan, kebesaran, dan kemaha sempurnaan Dzat yang memberikan cobaan kepadanya sehingga tidak mengeluh dan tidak merasakan sakit atas cobaan tersebut. Hanyalah para ahli ma’rifat dan mahabbah yang mampu bersikap seperti ini. Mereka bahkan merasakan musibah dan ujian sebagai suatu nikmat, lantaran jiwanya bertemu dengan yang dicintainya
Menurut Abdul Halim Mahmud, rida mendorong manusia untuk berusaha sekuat tenaga mencapai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Namun, sebelum mencapanya, ia harus menerima dan merelakan akibatnya. Dengan cara apa pun yang disukai Allah.
7. Tawakal

B. HAL-HAL YANG DIJUMPAI DALAM PERJALANAN SUFI

Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah. Dalam hal ini, Al-Ghazali mengaitkan tawakal dengan tauhid, dengan penekanan bahwa tauhid berfungsi sebagai landasan tawakal.

1) Waspada dan Mawas Diri ( Mushabah dan Muraqabah)
Waspada dan mawas diri merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena itu, ada sufi yang mengupasnya secara bersamaan. Waspada dan mawas diri merupakan dua sisi dari tugas yang sama dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari pembawaan nafsu dan amarah.
2) Cinta (hubb)
Dalam pandangan tasawuf, muhabbah (cinta) merupakan pijakan bagi segenap kemuliaan hal, sama seperti tobat yang merupakan dasarnya adalah anugrah yang menjadi dasar pijakan bagi segenap hal, kaum sufi menyebutnya sebagai anugrah-anugrah (mawahib). Muhabbah adalah kecendrungan hati untuk memperhatiakn keindahan atau kecantikan.
3) Berharapa dan Takut (Raja’dan Khauf)
Menurut kalangan kaum sufi, raja’dan khauf’ berjalan seimbang dan saling mempengaruhi. Raja’ dapat berarti berharap atau optisme, yaitu perasaan senang hati karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi. Raja’ atau optimisme ini telah ditegaskan dalam Al-Qur’an.

Khauf adalah kesakitan hati karena membayangkan sesuatu yang ditakuti, yang akan menimpa diri di masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorong untuk senantiasa berada dalam ketaatan.
4) Rindu (Syauq)
Selama masih ada cinta, syaraq tetap diperlukan. Dalam lubuk jiwa seorang sufi, rasa rindu hidup dengan subur, yakni rindu untuk segera bertemu dengan Tuhan. Ada orang yang mengatakan bahwa maut merupakan bukti cinta yang benar dan lupa kepada Allah lebih berbahaya daripada maut.
5) Intim (Uns)
Dalam pandangan kaum sufi, sifat uns (intim) adalah sifat merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi. Ungkapan berikut ini melukiskan sifat uns :
“Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian. Ia adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang diamabuk cinta, seperti halnya sepasang pemuda dan pemudi. Ada pula orang yang merasa bising dalam kesepian. Ia adalah orang yang selalu memikirkan atau merencanakan tugas pekerjaanya semata-mata. Adapun engkau, selalu merasa berteman di manapun berada. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah, artinya engkau selalu berada dalam pemeliharaan Allah.”
C. METODE IRFANI
Potensi untuk memperoleh ma’rifat telah ada pada manusia. Persoalannya adalah apakah ia telah memenuhi prasarana atau prasyaratnya ? salah satu prasyaratnya, antara lain adalah kesucian jiwa dan hati. Apakah jiwa dan hatinya telah suci ataukah masih dilumuri dosa? Jika totalitas jiwanya telah suci dan hatinya telah dipenuhi dengan zikir kepada Tuhan, hidupnya akan dipenuhi oleh kearifan dan bimbimngan-Nya. Untuk memperoleh kearifan atau ma’rifah, hati (qalb) mempunyai fungsi esensial, sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Arabi dalam Fushus Al-Hikam-nya.

“Qalb dalam pandangan kaum sufi adalah tempat kedatangan kasy dan ilham. Ia pun berfungsi sebagai alat untuk ma’rifat dan menjadi cermin yang memantulkan (tajali) makna-makna kegaiban.
Dalam dunia tasawuf, qalb merupakan pengetahuan tentang hakikat termasuk di dalamnya adalah hakikat ma’rifat. Qalb yang dapat memperoleh ma’rifat adalah qalb yang telah suci dari berbagai noda atau ahklak buruk yang sering dilakukan manusia. Karena qalb merupakan sebagian jiwa, kesucian jiwa sangat mempengaruhi kecermerlangan qalb dalam menerima ilmu.

1.Riyadah
Riyadah yang sering juga disebut sebagai latihan-latihan mistik, adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan hal-hal yang mengotori jiwanya.

Riyadhah perlu dilakukan untuk memperoleh ilmu ma’rifat yang dapat diperoleh melalui upaya melakukan perbuatan kesalahan atau kebaikan yang terus-menerus. Dalam hal ini, riyadhah berguna untuk menempa jasmani dan akan budi orang yang melakukan latihan-latihan itu sehingga mampu menangkap dan menerima komunikasi dari alam gaib (malakut) yang transendental. Hal terpenting dalam riyadhah adalah melatih jiwa melepaskan ketergantungan terhadap kelezatan duniawi yang fatamorgana, lalu menghubungkan diri dengan realitas rohani dan Ilahi. Dengan demikian, riyadhah akan mengantarkan seseorang selalu berada di bawah bayangan yang Kudus.

2.Takafur
Takafur penting dilakukan bagi mereka yang menginginkan ma’rifat sebab, takala jiwa telah belajar dan mengolah ilmu, lalu memikirkan (bertakafur) dan menganalisisnya, pintu kegaiban akan dibukakan untuknya, menurut Al-Ghazali, orang yang berpikir dengan benar akan menjadi dzawi Al-albab (ilmuwan) yang terbuka pintu kalbunya sehingga akan mendapat Ilham.
“ Nafs kuli (jiwa universal) lebih besar dan lebih kuat hasilnya dan lebih besar kemampuan perolehanya dalam proses pembelajaran”
3.Tazkiyat An-Nafs
Tazkiyat An-nafs adalah proses penyesuaian jiwa manusia proses penyucian jiwa dalam kerangka tasawuf ini dapat dilakukan melalui tahapan takhalli dan tahalli Tazkiyat An-nafs merupakan ini kegiatan bertasawuf.Sahl bin Abdullah Ash-Shufi berpendapat bahwa siapa yang pikiranya jernih, ia berada dalam keadaan kontemplatif . kalangan sufi adalah orang-orang yang senantiasa menyucikan hati dan jiwa. Perwujudanya adalah rasa membutuhkan terhadap Tuhannya.
Upaya melakukan penyempurnaan jiwa perlu dilakukan oleh setiap orang yang menginginkan ilmu ma’rifat. Hal ini perlu dilakukan karena ilmu ma rifat tidak dapat diterima oleh manusia yang jiwanya kotor. Ada lima hal yang menjadi penghalang bagi jiwa di dalam menangkap hakikat.
4.Dzikrullah
Secara etimologi, zikir adalah mengingat, sedangkan secara istilah adalah membasmi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah.
Pentingnya zikir untuk mendapatkan Ilmu ma’rifat didasarkan atas argumentasi tentang peranan zikir itu sendiri bagi hati. Al-Ghazali, dalam ihnya’, menjelaskan bahwa hati manusia tak ubahnya seperti kolam yang didalamnya mengalir bermacam-macam air. Pengaruh-pemngaruh yang datang kedalam hati adakalanya berasal dari luar, yaitu pancaindera, dan adakalanya dari dalam, yaitu khayal, syahwat amarah, dan akhlak atau tabi’at manusia.
Dalam Al-Munqidz, Al-Ghazali menjelaskan bahwa zikir kepada Allah merupakan hiasan bagi kaum sufi. Syarat utama bagi orang yang menempuh ialah Allah adalah membersihkan hati secara menyeluruh dari selain Allah, sedangkan kuncinya adalah menengelamkan hati secara keseluruhan dengan zikir kepada Allah. Menjelaskan bahwa hati yang terang merupakan hasil zikir kepada Allah. Takwa merupakan pintu gerbang zikir, sedangkan zikir merupakan pintu gerbang kasyaf (terbukanya Hijab), dan Kasyaf merupakan pintu gerbang kemenangan yang besar.

KESIMPULAN

Perjalan menuju Allah merupakan metode pengenalan (ma’rifat) secara rasa rohaniyah yang benar terhadap Allah. Para sufi ialah tingkatan seorang hamba di hadapanya, dalam hal ibadah dan latihan-latihan (riyadhah) jiwa yang dilakukannya upaya melakukan menyempurnaan jiwa perlu dilakukan oleh setiap orang mengingatkan Ilmu marifat.
Takwa merupakan pintu gerbang zikir sedangkan zikir merupakan pintu gerbang kasyraf terbuka hijab

DAFTAR PUSTAKA
- Awar Rosihin. Solihin Mukhtar, Kerangka berfikir irfani dasar-dasar filsafat awal dan maqamah, Bandung : Pustaka Setiap, 2004.

Mengapa Kita Belum Bisa Menghafal Al-Qur’an?



(Part I)


Pagi ini, mentari bersinar dengan sinar yang hangat, sembari hawa sejuk di pagi hari yang menyelimuti badan. Tak bosan rasanya hidung ini menghirup udara yang begitu sejuk, menarik nafas, menghirup udara pagi yang sejuk, menahannya sejenak dengan memejamkan mata, merasakan udara masuk melalui rongga hidung kemuidan ke dalam dada, hhmmmmm sangat indah terasa. Segar, membuat bibir merekah senyum bahagia, oooh tuhan sungguh luar biasa nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami (berkata dalam hati).
Sambil terus mendayung sepeda, menikmati udara nan sejuk dengan mentari yang mulai meninggi. Tak terasa beberapa tempat telah terlewati. Dan akhirnya aku memutuskan untuk rehat sejenak disebuah lapangan. Banyak anak-anak yang sedang bermain, bersepeda, dan sekedar duduk bersenda gurau dengan temannya dilapangan, sesekali juga tampak raut wajah mereka bahagia, takut dan sedikit palak sambil tersenyum memukul temannya yang membuat kesal. Hehehe.... bibir ini tanpa sadar juga ikut tersenyum merasakan apa yang dilihat oleh mata ttg apa yang mereka (anak-anak) lakukan.
Lalu aku berjalan sambil menuntun sepedaku mengitari lapangan, aku mendapatkan seorang anak yang sedang duduk termenung. Namun sorot matanya yang tak kosong akhirnya menghentikan langkahku untuk duduk dan mencoba untuk menyapanya. Aku bertanya : sedang apa adik? Ia menjawab dengan cueknya : lagi bengong bg, hehehe,, aku hanya bisa tertawa mendengarkan jawaban anak tersebut.
Lalu kembali ku bertanya. Apa yang lagi dibengongin? Atau jangan-jangan lagi mengahayal nii? Ahhaaaha..... dengan sdikit tawa di ujung pertanyaanku,,, jawaban anak ini yang membuatku terperanjat, kagum, dan hampir–hampir,,, hampir meneteskan air mata juga,,,,, (haru biru).
Anak itu menjawab : disini aku melihat banyak teman, tapi aku tak merasa punya teman, dari tadi aku duduk disini  dan ga da seorang pun yang mendatangi ku dan mengajakku bermain bersama atau sekedar bercerita. Dalam lamunanku aku teringat nasehat ayah kepadaku saat ia sedang terbaring lemah di tempat tidur, “Jadikanlah qur’an sebagai temanmu, niscaya kamu g kan kesepian naak”. (sembari anak itu menirukan gaya ayahnya menasehati). Saat mendengar nasehat itu aku hanya tersenyum dan menjawab, “iya yah”, dan bodohnya aku yang menunda-nunda untuk bertanya pada ayah, sehingga aku g sempat lagi untuk bertanya, mengenai bagaimana caranya menjadikan qur’an sebagai teman. Karna keesokan harinya ayahku telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Aku menjerit,,,, berteriak..menangis...tapi apa boleh buat semua sudah terjadi. Dan itu semua sudah takdirNya.
Aku sangat merindukannya,, ia yang selalu memberiku nasehat. Namun sayang, g  pernah ku dengarkan apalagi kulakukan nasehatnya. Sebenarnya aku pengen melakukan semua nasehatnya dan menjadi seperti saudara-saudaraku yang lain, yang mereka bisa hafal qur’an.
Mendengar pernyataannya yang terkahir “sebenarnya aku pengen seperti saudara-saudaraku yang lain, yang mereka bisa hafal qur’an”. Yok kita pause dulu cerita anak tadi ya,, hehehe g pa-pa kan,,, hehehehe,,,,cba jawab pertanyaan ini,  siapa di antara pembaca yang pengen bisa hafal qur’an komplit 30 juz? Kenapa pengen? Pasti jawabannya, yaa kalau bisa hafal qur’an, ntar kan dapat pahala dan balasan yang sangat mulia baik di dunia maupun di akhirat kelak, punya teman akrab dalam kubur, bisa dapat syafa’at dihari kiamat, bisa dapat mahkota kemuliaan dan kedudukan yang tinggi di SyurgaNya, hmm,,, dan beragam balasan serta pahala yang sangat berlimpah tentunya.
Lalu coba jawab pertanyaan ini, siapa di antara pembaca yang sudah hafal 30 juz?, hehehehee kenapa pada senyum-senyum, hehe boro-boro 30 juz, juz 30 aja belum habis-habis yaa, hehehe,,ya sama, saya juga. Hiihihihi (tertawa malu). Yaaa,,, sekalipun kita tau, bahwa ada pahala dan balasan yang sangat luar biasa, namun kita masih saja “kurang” begitu peduli. Lalu kenapa sampai sekarang kita belum bisa hafal qur’an komplit (30 Juz)?
Heheheh naaahlooo,,, jawabnnya pasti beragam. Pasti ada yang jawab,, maklum,,, banyak kesibukan, banyak x tugas belajar, kerja, belum lagi ngurus anak, suami dan keluarga, atau mungkin ada juga yang “mencela” orangtuanya karena dulu orang tuanya g mengikutsertakan kita untuk belajar hafal qur’an. Jadi uda tua gini ya susah untuk hafal. atau ada juga yang ‘mencela” sistem sekolah yang g memotivasi siswanya untuk hafal qur’an kecuali hanya beberapa ayat atau surat saja. Atau ada juga yang “mencela” adduuuchh,, daya ingat dan konsentrasiku lemah,,, atau ada juga yang beralasan aku belum siap, ntar buat dosa lagi, jadi lupa dech.
Hehehe... beragam jawaban tadi pasti muncul ketika dilontarkan pertanyaan kenapa sampai sekarang kita belum bisa hafal qur’an? Jawaban –jawaban lain akan muncul dengan beragam alasan yang bisa jadi panjang untuk di jabarakan ditulisan ini. Tapi,,,sebenarnya alasan-alasan itu adalah alasan-alasan yang sangat sepele, ya sangat sepele, karena semua alasan itu bukan penyebab utama yang menyebabkan kita g bisa hafal qur’an. Ya g?
Mau tau apa sebab yang sebenarnya? Hanya satu kata, Malas? Bukan malas, penyebab yang menyebabkan kita g hafal qur’an hanya satu kata yaitu IBLIS, hehehehe benerkan? Yaa ahahaha yg jawab bener berarti ketauan, mencari “kambing hitam” ahahaha.... :p kita lanjut pada tulisan berikutnya ya,,,,

Wassalam...
Asam peutik, 10 Januari 2016
10.30 wib


Sabtu, 28 Maret 2015

Kejujuran ditunggangi Kebohongan



Maksud Memberi Kue "Cucur" Padahal memberikan Kue "Bohong" hahaha.. huuuuft,,,, sadarlah kawannn..

Perjalanan hidup ini selalu memiliki warna dan ceritanya tersendiri. Sehingga setiap anak cucu adam yang Tuhan ciptakan mempunyai ciri khasnya masing masing. Mempunyai kelebihan dan kekurangan. Mempunyai persamaan dan juga perbedaan. yang kesemuanya itu adalah supaya manusia ini saling membantu, melengkapi, menyemangati, melindungi, dan merangkul sesamanya. Bukan mengambil kesempatan atas kekurangan saudaranya, bukan mengambil kesempatan pada saudaranya yang memberikan kepercayaan padanya. Bukan malah mengambil keuntungan pada saudaranya dengan cara-cara yang tidak wajar, tidak benar. Ada kan yang macam itu,,, adddaaa!!!! hehehe

Namun seringkali kita juga menjumpai kepercayaan yang di abaikan, sangat sering,,, dengan ragam bentuk baik sadar maupun tak sadar, sengaja maupun tak sengaja, kita juga seringkali menipu diri kita sendiri. Hati kecil kita bersuara kita telah menipu saudara kita, kita telah menipu orang yang kita cinta, kita telah menipu orang yang kita sayangi, kita menipu mereka mereka yang kita anggap kalau tidak berkata demikian kita akan menyakiti perasaan mereka. Kita akan di anggap sebagai pembangkang, pemberontak, tak patuh, tak setia, tak cinta,. Heummmm..... lalu apakah dengan kita yang pura-pura berkata seolah jujur padahal membohongi dan menipu itu kita benar?? Kita tidak bersalah?? Kita tidak menyaikiti mereka? bagaimana kalau di kemudian hari mereka mengetahui hal yang sebenarnya?? Dan bisa jadi mereka akan mengetahui dari diri kita sendiri kalau kita telah mebohongi mereka dengan perkataan kita yang secara tak sengaja kita ucapkaan pada mereka di sela sela perbincangan yang terjadi di kemudian hari.

Sebelum pintu abadi terbuka dan mempersilahkan kita masuk kedalamnya. Mari kita memperbaiki diri kita, memperbaiki pola pikir kita. Memperbaiki cara pandang kita. Memperbaiki tutur kata kita, sikap dan prilaku kita. Tidak ada yang spontan dan tidak ada yang bim salabim. Sulap sekalipun, dia juga butuh proses. Proses untuk merubah dan menghilangkan sesuatu dengan gerakan tangan, ucapan dan obrolan lalu berubahla jadi sesautu yang berbeda, berpindah dari tempat pertama pada tempat yang di tuju. Hehehehe...

Kita berkata jujur tapi sebenarnya kita tak jujur,, pernahkan??
Ada tidak orang yang seperti itu?? Addaaaa...... hehe... heheummmmmm..
Sadarkah kita ketika kita melakukan itu, kita telah menyakiti orang yang kita sayangi. Mencedrai kepercayaan yang telah diberikan kepada kita??
Berapa kali kita telah melakukan itu?? Seriiiing??
Heummmm..... sadar dan berusahalah untuk berubah dan memperbaiki cara hidup, sebelum kehidupan ini meninggalkan penyesalan dan juga duka yang sangat mendalam sebab kita tak bisa lagi menggapai untuk memperbaiki keadaan yang kita inginkan.
Selamat Berjuang kawan. ^_^


Asam Peutik, 28 Maret 2015