Sabtu, 05 Maret 2011

3 Tahap dalam Mendidik Anak



Banyak orang tua yang bingung bagaimana seharusnya memperlakukan(mendidik) seorang anak yang telah di amanahkan oleh Allah SWT kepadanya, sehingga g sedikit kita dapati permaslahan di dalam rumah tangga, lalu timbullah berbagi macam kasus, ada kekerasan, kekecawaan, penyesalan di dalam rumah tangga,, kekerasan yakni menyiksa(memukuli) anaknya. Kecewa karana sudah punya anak tapi fisik dan kelakuannya cacat dan buruk (bejat),,, Menyesal karena telah melahirkan anak seperti itu(buruk) kelakuaan dan sifatnya,,,,,
Begitulah kira-kira gambaran umum tentang keadaan setiap masyarkat kita,,,, Lebih-lebih para orang tua, ada juga orang tua yang memperlakuakan anaknya dengan berlebihan (dimanja) dalam artian apa yang di inginkan oleh anaknya, semua itu di turuti dan di penuhi,,, walaupun ia harus berhutang,,, ^_^ dan keadaan –keadaan yang lain yang masih banyak lagi.
Naaa,,,,,,,hh… dalam hal ini,, Imam Ali bin Abi Thalib memberikan sebuah jalan kelaur yang sangat efektik dan efesienuntuk kita semua ,, yakni Bagaiamana seharusnya dalam mendidik (memperlakukan) anak!!,,,, Beliau mengatakan bahwa ada 3 tahap dalam mendidik anak. Yakni :
1. Umur 0-6 tahun anak sebagai Raja
2. Umur 7-18 tahun anak sebagi Tawanan, dan
3. Umur 19-23 tahun anak sebagai Rakan (Sahabat).

Pertama, pada usia0-6 tahun usianya, anak ini ialah Raja, Kenapa??? Kenapa ia kita lakukan sebagai seorang Raja?? Ya,, kita lihat saja bagaiamana budaya seorang raja,, ia mau dikawal, ia mau di iringi, ia mau diberikan apa saja yang ia minta,,,yang intinya setiap keinginan raja harus di turuti.begitu juga seoarng anak yang umurnya masih di bawah 6 tahun,, Kenyataan ini dapat kita lihat pada saat seorang anak pada saat di ajak ke Pasar atau pada saat akan tiba hari Raya mislanya,, baik itu idul fithri maupun idul adha,,ketika seorang ibu atau ayahnya mengajak anak ini main-main ke Pasar(kota) lalu ia melihat sepatu yang cantik,,,dia bilang,, pak pak,,,beli sepatu yang ini laaa,,,, lalu di liatnya lagi ada sepatu yang berbunyi ketika di injak ,, lalu ia meminta untuk di belikanya,,, setelah di belikan,, lalu beranjak ke tempat lain,,, dan di liatnya lagi ada sepatu yang ketika di injak ada lampunya begitu juga dengan baju,misalnya baju yang ada gambar-gambarnya lucu, ia minta lagi,,,, sehingga baju dan sepatunya lebih banyak dari yang di miliki oleh orang tuanya. Dan orang tua harus menahan keinginannya demi menyenangkan dan memenuhi keinginan anakanya.
Kenapa kita(orang tua) turuti dan belikan,,,,padahal usinya baru 2 atau 3 tahun misalnya,, Karena ini adalah permintaan dari seoarang raja,, begitaulah kata saidina Ali,,, g laama,,, ini hanya berlangsung pada saat usia 0-6 tahun saja, maknanya ia belum masuk sekolah,, tapi orang tua yang g pandai dalam memperlakukan seorang raja dengan cermat,, maaaka raja akan lalai dan terlena dengan tahta yang ia duduki sekarang ini sehingga ia akan terus terlena dan berkepanjangan dan raja boleh memerintah si ibu dan bapak seenak “perutnya “ saja,
Kedua, pada saat usia 7-18 tahun,, ini adala musim persekolahan,, atau masa-masa sekolah,,, sehingga saidina Ali mengatakan ia (anak) bukan sebagai raja lagi melainkan sebagai tawanaan,, Mengapa??? Karena seorang tawanaan harus mengikuti perturan dan arahanyang telah di tetepkan,, ia harus berseragam sekolah,, memakai sepatu,, memakai dasi,, baju di masukan ke dalam,,,dan aturan-aturan yang lainnya lagi, tapi umumnya anak-anak ndak mau seperti itu,,, melainkan ia mau bebas,seperti masa-masa ia umur 6 tahun kebawah.Naaah,,, Di sinilah tugas orang tua yang harus terus mengingatkan bahwa itu memang harus begitu… kerena masih dalam tahap persekolahan, yaaa, memang harus begitu mengikuti peraturan-peraturan yang telah di tetapkan,,,,, tapi oang tua yang g pandai dan cermat dalam menawan seoarang tawanan maka anak-anak g tertawan oleh orang tuanya,, ia akan lari mencari tempat-tempat yang ia anggap baik dan menenangkan baginya,,,, sehingga ia g mau mendengar perkataan orang tuanya,,,g mau taat kepada Rasulnya,, bahkan ia akan menjadi orang yang Durhaka kepada Allah SWT yang telah menciptakannya.
Oleh karenya ,, orangtua harus punya kemahiran dalam menawan seorang tawanan,,,, ini adalah proses yang paling lama,, karana di mulai dari umur 7 sampai 18 tahun,,sekita 11 tahun, kalau masa-masa ini orang tau g punya kemahiran,,,maka janganlah terkejut dan heran kalau anak lari dari rumah,,, dan g mau mendengarkan perkataan dan nasehat-nasehat yang di berikan.
Ketiga,, usia 19 – 23 tahun,,, ia bukan tawanan lagi melainkan sahabat atau kawan-kawan kita ,,, begitu kata saidina Ali, tahap ini adalah tahap yang orang tua harus menjadikan anaknya sebagai seorang sahabat atau rakan,, oleh karenanya orang tua harus cermat bagaimana berbicara dengan seorang sahabat,,karan bebicara denagn seorng sahabt berbeda denagn berbicara denagn seorang raja dan juga dengan tawanan,,hal ini d lakukan supaya anak merasa tenang dan mudah untuk berbagi dengan orang tuanya,,, dan pada akhiranya orang tua akan mudah mengetahui kesulitan-kesulitan ataupun peramasalahan yang sedang ia (anak) hadapi,,,
Begitulah sekilas beberapa saran yang di berikan oleh saidina Ali bin AbiTalib tentang bagaimana seharusnya orang tua mendidik (memperlakukan ) seorang anak,,dan juga sering-seringlah mengajak anak untuk menziarahi kubur,,,, karana kubur adalah tempat yang paling mujarab untuk mengingatkan,membina,dan mendidik jiwa anak,,,,sehingga ada kesan dalam hatinya bahwa kita akan kembali kepada Allah,, oleh karenanya kita harus mempersiapkan bekal untuk esok yang lebih abadi,,
Mudah-mudahan Tulisan nan singkat ini bermanfaat,,,, dan dapat kita gunakan sebagai bahan diskusi kita bersama,,

Waallahu a’lam
(Alfa Alfen, 5 Maret 2011)

2 komentar:

  1. bagus dan bermanfaat. Izin share ya..

    BalasHapus
  2. alhmadulillah,,,,
    mudah-mudahan membawa manfaat bagi kita smua,,
    yeap,,, silahkan,,, dan jangn lupa mencantumkan alamat asloinya ya,,, hehe,,,
    gud lak bro,,,,,

    BalasHapus