Kamis, 04 November 2010

Ihsan : Klimaks dari sebuah 'Amal

Ketika Cinta sudah berbicara,,,,!!.
Ada sebuah dialog yang menarik, yang dialog ini terdapat dalam kitab hadits Arba’in an-Nawawi,tepatnya pada hadits yang kedua,,, dialog ini terjadi pada saat Rasul SAW bersama para Sahabatnya sedang berada di sebuah tempat, tiba-tiba datang seseorang dengan pakaian putih bersih, wajahnya bersih dan berseri kepada Rasul SAW,, setelah terjadi dialog orang tersebut pun pergi,,,setelah orang tersebut pergi , Umar bin Khatab bertanya pada rasul SAW,,, Siapakah tamu yang berdialog dengan engkau tadi Ya Rasulallah,,, Lalu Rasul menjawab,,, itu tadi adalah malaikat jibril yang datang kepadaku untuk mengajarakan Agama kepada kalian,,,, Nah isi dialognya begitu di kutip oleh Bukhari yakni tentang Iman , islam dan ihsan,,,, tentang Ihsan yakni isinya adalah “Apa Itu ihsan??,, Rasul menjawab,,, Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya dan bilamana engkau tidak melihatnya maka yakinlah bahwa Allah SWT melihat engkau,,,.
Hal ini menunjukkan ishan merupakan puncak klimaks dari iman dan islam yang baik, sehingga timbul kenikmatan spiritual kalau kita menyembah Allah SWT. Sehingga tidak ada lagi beban dan rasa berat untuk menjalankan perintah Allah SWT.Kita terus bersuaha menyembah Allah sampai tingkat kualitas yang tertinggi itu,,,,dimana kita menemukan kenikmatan ketika Shalat, Puasa dan sebagainya, suasana bathin seperti ini tentu tidak bisa kita dapatkan begitu saja, tentu harus ada prosese riyadhah, (proses latihan),,.
Banyak teori yang di kembangkan oleh sufi,,bagaimana caranya menemukan kenikmatan spiritual ketika menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, salah satunya adalah teori yang dikembangkan oleh Rabi’ah al-adawiyyah,,,, yakni tentang Cinta,,, kita baru bisa menemukan kenikmatan menyembah Allah kalau kita sudah cinta kepada Allah, dan ketika kita sudah cinta kepada Allah maka mengucapkan NamaNya merupakan sebuah kenikmatan,, berdialog denganNya merupakan sebuah hiburan dan bahkan pasrah kepadaNya menjadi sebuah pengobatan,, ia mengunggakapkan sebuah do’a,, yang kemudian do’anya ini menjadi bahan debat diantara para pemikir islam,,, isi do’anya adalah :
“Ya Tuhan seandaiya aku menyembahMu karena mengharapakan surgaMu maka haramkan surga itu untukku, sebab berarti aku menyembahmu bukan karena mengharapaknMu tapi mengharapakn maklukmu,,yaitu surga,,, aku menyembahm\Mu karena mengharapkan engkau bukan makhlukmu, Surga.
Seandainya aku menyembahmu Tuhan, karena saya takut masuk nerakamu,aku ini milikimu, dan neraka itupun milikmu,, aku tidak merasa memiliki diriku ini,, emgkaulah yang menentukan segalanya,, siapa yang dapat menghalangi diriku untuk di masuskkan ke nerakamu,,, karena egkaulah yang memiliki diriku mau dinerakakan atau tidak itu hakmu Karen engkaulah yang memiliki seagalanya,,,.
Saya menyembahmu Tuhan, karena saya rindu dan cinta denganMu”.
Ini adalah konsep cinta,, kita boleh tidak setuju dengan ungkapan-ungkapan do’anya, akan tetapi cinta bisa membangun kenikmatan beribadah,, kita senang kalau bertemu dengan yang kita cintai, kita merasa nikmat bisa berdialog dengan yang kita cintai, kita merasa nikmat kalau kita sudah bertemu dan melihat yang kita cintai,, begitulah konsep yang disodorkan oleh Rabi’ah, tentang cinta,, bagaimana kita bisa menyembah Allah tidak karena terpaksa, sehingga ibadah menjadi sebuah kenikmatan,, kalau ibadah sudah menjadi sebuah kenikmatan, maka ibadah tidak lagi menjadi beban justru ia menjadi refreshing (sebuah penyegaran) rohaniah bahkan sebagai syifa' (pengobatan spiritual).karena itulah timbul berbagai macam ungkapan slah satuya adalah " Siapa yang belum pernah merasakan, maka ia belum mengetahui",, Mudah-mudahan tulisan sigkat ini dapat bermanfaat.
Asam Peutik,Langsa 5 November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar